TEMPO.CO, Jakarta - Basuki Tjahaja
Purnama akhirnya menjelaskan posisi Sunny Tanuwidjaja, mahasiswa S-3
yang sedang menyusun disertasi doktoral tentang gaya politik dan
pemerintahannya. Gubernur DKI pengganti Joko Widodo—yang kini menjadi
presiden—itu mengaku kenal Sunny sejak 2009, ketika diminta menjadi
pembicara dalam acara Labour Day di Amerika Serikat.
"Kami
ketemu lagi tahun 2010, dan sejak itu seperti teman saya," kata Ahok di
Balai Kota, Kamis, 7 April 2016. "Saya tak pernah membayar atau
memberikan gaji kepada dia.".
Pada 2012, menurut Ahok, Sunny terlibat membantunya berduet dengan
Jokowi dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Saat itu, Sunny—yang
ditunjuk membantu Ahok—mengatur jadwal kampanye. "Dia ikut saya ke
kampung-kampung buat sosialisasi," ujar Ahok.
Sunny juga ikut
bergabung dalam lembaga kajian dan riset opini publik bernama Center for
Democracy and Transparency (CDT) yang didirikan Ahok. Namun dia keluar
setelah mulai menyusun disertasi untuk gelar doktornya.
"Sunny
ikut lembaga itu karena katanya ingin tahu gaya kepemimpinan saya.
Makanya, saya pernah ajak dia ketemu Ibu Megawati, Pak Jokowi, Pak Surya
Paloh, dan lain-lain. Dia cuma mau tahu saja," tutur Ahok.
Ahok menuturkan ia pernah mengajak Sunny bertemu Ketua Umum PDI
Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Pun Presiden Jokowi. Juga Ketua Umum
Partai NasDem Surya Paloh.
Pertemuan dengan Megawati terjadi
awal Maret lalu, sebelum Ahok memutuskan mendeklarasikan dirinya maju
bersama Teman Ahok. Saat bertemu Megawati, kata Ahok, Sunny sempat ingin
ikut dilibatkan saat Mega hendak mengajaknya berbincang-bincang secara
tatap muka. Namun, menurut Ahok, Mega tidak mengizinkan.
"Sunny di luar. Bu Mega mikir
Sunny yang memprovokasi saya untuk eksperimen. Saya suka cerita
bercanda ke si Sunny, 'gue nih kelinci percobaan lu ya?'," ucap Ahok.
Nama Sunny mencuat setelah mantan Wakil Gubernur DKI Prijanto menyebut nama ini dalam sebuah talkshow di
sebuah televisi nasional. Prijanto mengaku bertemu Sunny dan Ahok dalam
sebuah kesempatan untuk membahas masalah yang berkaitan dengan sebuah
taman di Jakarta.
Belakangan, nama Sunny muncul setelah pengacara Sanusi, Krisna Murti,
menyebut nama staf khusus Ahok ini dalam kasus suap proyek reklamasi
Teluk Jakarta. Kamis kemarin, Sunny dicegah ke luar negeri oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi.
Selain Sunny, KPK juga mencegah Richard
Halim, Direktur Agung Sedayu Group, ke luar negeri. Pencegahan ini
berhubungan dengan penyidikan KPK mengenai kasus dugaan suap anggota
DPRD DKI Jakarta terkait dengan pembahasan revisi peraturan daerah
tentang reklamasi.
"Kemungkinan besar keterangan keduanya dapat
memperdalam penyidikan KPK," ujar Kepala Bagian Pemberitaan dan
Publikasi KPK Priharsa Nugraha di gedung KPK, Jakarta, Kamis sore.
Permohonan pencegahan tersebut disampaikan kepada Direktorat Jenderal
Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Rabu, 6 April 2016, dan berlaku
selama enam bulan ke depan.
WDA | INGE K. | ANTARA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar