Pewarta: Zubi Mahrofi
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta pada Jumat pagi bergerak menguat tipis sebesar 5 poin
menjadi Rp13.157 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.162 per
dolar AS.
"Nilai tukar rupiah menguat bersama dengan hampir semua kurs Asia
seiring dengan harga minyak mentah yang naik," kata Ekonom Samuel
Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Jumat.
Terpantau, harga minyak mentah jenis WTI Crude pada Jumat (8/4)
pagi ini, berada di level 37,92 dolar AS per barel, naik 1,77 persen.
Sementara minyak mentah jenis Brent Crude di posisi 39,96 dolar AS per
barel, menguat 1,34 persen.
Ia menambahkan bahwa cadangan devisa Tiongkok yang naik juga
menambah optimisme di pasar keuangan Asia sehingga memberikan sentimen
positif bagi mata uang di kawasan, termasuk rupiah.
Selain itu, lanjut dia, optimisme dari dalam negeri mengenai
kenaikan cadangan devisa juga turut menopang mata uang rupiah terhadap
dolar AS.
Bank Indonesia mencatat, posisi cadangan devisa
Indonesia akhir Maret 2016 sebesar 107,5 miliar dolar AS, lebih tinggi
dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2016 sebesar 104,5 miliar
dolar AS.
Kendati demikian, lanjut dia, pemangkasan belanja negara hingga
mencapai Rp50,6 triliun bisa mengembalikan tekanan pelemahan rupiah
dalam jangka pendek.
Sementara itu, Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy mengatakan
bahwa posisi cadangan devisa itu masih kuat mengingat dapat menutup
biaya impor 8 bulan atau 7,8 bulan impor plus utang luar negeri
pemerintah.
"Realisasi devisa itu juga di atas hitungan kebutuhan minimal 75
miliar dolar AS hingga 80 miliar dolar AS (dikalkulasi dari nilai
gabungan impor 3 bulan dan potensi penarikan dana keluar pada investasi
portofolio)," paparnya.
Meskipun demikian, lanjut dia, nilai tukar rupiah yang dapat
memasuki masa depresiasi struktural di semester kedua 2016 nanti, dan
devisa valas dapat melonggar pada periode tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar