BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Senin, 26 Agustus 2013

"Singapura Tidak Mentolerir Tindakan Korupsi"

VIVAnews - Sebagai dua negara yang bertetangga dekat, Indonesia dan Singapura kerap berselisih paham dan tidak jarang menghadapi masalah bersama. Namun tantangan-tantangan itu justru membuat hubungan kedua negara semakin dinamis, ungkap Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Anil Kumar Nayar.

Ditemui VIVAnews dalam acara resepsi perayaan Hari Kemerdekaan Singapura di Jakarta, 21 Agustus 2013, Dubes Nayar menyatakan kedua bangsa memiliki hubungan yang sangat dekat dan penting, tentu akan selalu diselimuti perbedaan dan isu yang membutuhkan pendekataan yang berbeda pula. "Bahkan dalam sebuah keluarga, akan ada anggota keluarga yang mengambil sikap berbeda," kata Nayar.

Dia mengungkapkan bahwa Singapura pun mendukung langkah-langkah pemerintah Indonesia dalam memberantas praktik korupsi. Maka dia pun turut menaruh perhatian atas  investigasi kasus korupsi Ketua Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas (SKK Migas), Rudy Rubiandini, dan Simon Tanjaya, seorang eksekutif dari perusahaan yang berbasis di Singapura, Kernel Oil.

Walau baru menjadi Dubes di Jakarta sejak Juni 2012, Indonesia bukanlah negara asing bagi Nayar. Indonesia merupakan penempatan pertama dia sebaga diplomat selama 1995-2000. Sejak saat itu karir diplomatiknya menanjak sehingga sebelum kembali bertugas di Indonesia, Nayar ditunjuk menjadi Dubes Singapura untuk Belgia merangkap Uni Eropa, Belanda, dan Luksemburg selama 2006-2012.

Berikut petikan wawancara VIVAnews dengan Dubes Nayar.

Bagaimana Anda melihat perkembangan hubungan Singapura dengan Indonesia baru-baru ini, mengingat kedua negara kerap kali bersinggungan dalam menghadapi isu tertentu, contohnya masalah kabut asap?

Saya rasa hubungan antara Indonesia - Singapura sudah terjalin sangat lama, bahkan sudah dimulai jauh sebelum kami merdeka. Hubungan yang terjalin adalah hubungan yang dalam, entah ketika Anda membahas mengenai hubungan di antara para pemimpinnya, warganya. Hubungan yang kami jalin juga sangat luas dan mencakup banyak bidang antara lain pertahanan, ekonomi, perdagangan, dan masih banyak lagi.

Saat Anda memiliki hubungan yang sangat dekat dan penting, tentu akan selalu diselimuti perbedaan dan isu yang membutuhkan pendekatan yang berbeda pula. Bahkan dalam sebuah keluarga, akan ada anggota keluarga yang mengambil sikap berbeda.

Namun kunci terpenting adalah kendati Anda berbeda, bukan berarti Anda tidak dapat menjalin kerjasama. Tidak berarti semua perbedaan yang Anda miliki mempengaruhi semua hal yang tengah Anda lakukan. Sehingga saya rasa hal itu bisa juga diterapkan dalam hubungan antara Indonesia dengan Singapura.

Tentu, akan selalu ada beberapa situasi yang membutuhkan penanganan berbeda atau beberapa tantangan yang harus dikelola. Namun itu tidak berarti kedua negara tidak dapat bekerjasama. Saya melihat hubungan kedua negara saat ini sudah memiliki dasar yang sangat kuat dan saya optimistis ke depan hubungan kami semakin baik.

Soal kasus suap di SKK Migas, KPK juga menangkap eksekutif sebuah perusahaan yang bermarkas di Singapura, PT Kernel Oil Ltd. Bagaimana komentar Anda terhadap kasus itu?

Yang saya ketahui, saat ini proses investigasi terhadap kasus itu masih terus berjalan. Terlalu dini apabila saya berkomentar mengenai kasus itu.

Sebagai perwakilan Pemerintah Singapura di Indonesia, yang ingin saya garis bawahi adalah sejauh yang Pemerintah ketahui perusahaan apa pun yang berbasis di negara kami dan dia beroperasi juga di negara lain, maka kami berharap mereka mematuhi hukum yang berlaku di negara tersebut. Mereka harus melakukan hal itu.

Sama seperti perusahaan asing atau lokal yang beroperasi di Singapura, maka mereka harus mematuhi aturan yang berlaku di negara kami. Sehingga tidak ada keraguan soal itu. Kami yakin kasus itu akan diinvestigasi, diproses, dan kita lihat apa yang akan terjadi selanjutnya.

Seperti yang Anda ketahui Pemerintah AS memiliki aturan FCPA (Foreign Corrupt Practices Act, yaitu perangkat hukum yang membuat pihak berwenang AS bisa menindak perusahaan Amerika yang menyogok pejabat suatu negara di luar negeri). Apakah Pemerntah Singapura mengimplementasikan aturan serupa atas perusahaan yang berbasis di Singapura?

Saya rasa setiap negara dan pemerintahan memiliki sistem hukum masing-masing. Sejauh yang kami ketahui, pemerintah kami mengikuti aturan hukum internasional, mengingat negara kami merupakan pusat keuangan blue chip, penghubung kawasan regional dan internasional, sehingga kami juga mematuhi aturan global.

Pemerintah Singapura tidak mentolerir tindakan korupsi di mana pun di luar negeri. Tidak ada keraguan soal itu.

Apakah Pemerintah Singapura juga akan melakukan investigasi terhadap PT Kernel Oil Ltd terkait kasus suap SKK Migas?

Seperti yang saya katakan sebelumnya, kasus itu masih terus diinvestigasi oleh Pemerintah Indonesia. Kami masih akan terus melihat beberapa waktu ke depan. Apabila waktu itu tiba, baru kami akan memikirkan apa yang sebaiknya kami lakukan.

Namun sejauh ini yang menjadi perhatian kami, Pemerintah Singapura menginginkan perusahaan asal negara kami di mana pun mereka beroperasi untuk mengikuti hukum yang berlaku di negara tersebut dan kami juga menginginkan perusahaan lokal dan asing yang beroperasi di Singapura untuk mematuhi hukum yang berlaku di negara kami.

Sehingga tidak ada keraguan apalagi kompromi dalam hal itu. Kami masih harus menunggu terkait kasus ini.

Terlepas dari kasus SKK Migas itu, apakah sudah ada kerjasama antara Pemerintah Singapura dan Indonesia dalam pemberantasan tindak korupsi?

Dalam hal penegakkan hukum, sudah ada jalinan hubungan yang sangat lama di antara kedua negara. Badan keamanan dan petugas penegak hukum kami bekerja sama sangat erat dengan Indonesia. Kami berkoordinasi cukup baik

Saya baru saja berbicara dengan kolega kami dari Departemen Narkoba. Mereka ternyata sedang berada di Indonesia dan bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN).
Itu menandakan kami memiliki beragam kerja sama yang masih berjalan. Bahkan di bidang seperti pemberantasan korupsi, sudah ada kerja sama yang sangat lama di antara kedua negara. Kerjasama itu akan terus berlanjut.
***
Dubes Nayar pun terkesan dengan manajemen tata kota DKI Jakarta di bawah pemerintahan Gubernur Joko Widodo dan Wakil Gubernur Basuki T. Purnama. Maka, dia pun menyempatkan diri ikut "blusukan" bersama Jokowi - panggilan akrab gubernur DKI - saat meninjau relokasi para pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang Blok G dan penataan Waduk Pluit pada 20 Agustus lalu.

Walaupun sudah menjadi negara maju, Nayar menilai bahwa Singapura masih perlu studi banding dengan DKI Jakarta dalam menata kota, terutama dalam menghadapi arus urbanisasi. Itulah sebabnya para akademisi Singapura pun mempelajari manajemen kota ala Jokowi, termasuk pendekatannya kepada para warga
.

Beberapa hari lalu Anda ikut "blusukan" bersama Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, di Pasar Tanah Abang. Bagaimana Anda melihat pendekatan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta saat ini dalam menata kota?

Sudah ada kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Singapura dalam berbagai aspek berbeda. Maka kami juga ingin mendalami kerjasama yang lain dengan Jakarta.
Selama bertahun-tahun kami menerima kedatangan pejabat berwenang dari Indonesia berkunjung ke Singapura untuk melihat pengalaman kami dalam membuat tata kota yang baik, tata kelola air dan sampah, transportasi publik. Jadi, dalam hal yang sama, kami ingin berbagi pengalaman dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

Dalam konteks itu, saya ditemani oleh seorang akademisi hebat dari sebuah Universitas di Singapura, Prof. Chan Heng Chee, untuk melihat bagaimana Singapura dapat menggali kerja sama di beberapa aspek tertentu dalam hal tata kelola kota. Maka kami kemarin bersama Jokowi pergi ke Pasar Tanah Abang dan Waduk Pluit untuk melihat sejauh mana upaya yang telah dilakukan oleh Gubernur di kedua lokasi itu. Mungkin Singapura dapat menawarkan keahliannya dalam membantu Pemrov DKI Jakarta

Seperti contohnya dalam proyek Monorel, ada pakar dari Singapura yang ikut terlibat di sana. Ini merupakan bagian dari kerjasama yang terus berjalan antara kedua entitas, yakni Singapura dan kota metropolitan seperti Jakarta.

Maka kami sangat terkesan dengan hasil kerja keras yang dilakukan Pak Jokowi, karena dia sangat tepat waktu, dia tahu jelas prioritas kebijakannya apa saja dan dia berusaha melakukan upaya serupa seperti saat dia masih ada di Solo. Dia merupakan mitra yang oke untuk diajak bekerja sama.

Kami juga menyadari bahwa tidak semua kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah Singapura dapat diberlakukan di sini, karena pengalaman yang kami miliki juga cukup berbeda. Masukan apa pun yang dapat bermanfaat bagi perkembangan kota Jakarta, maka kami dengan senang hati akan berbagi pengalaman itu.

Proyek apa saja yang akan dikerjakan bersama antara Pemprov DKI Jakarta dengan Singapura dalam waktu dekat?

Pada saat ini kami masih dalam tahap menjajaki apalagi jenis kerjasama yang bisa dijalin. Kami telah bekerja sama dalam waktu yang lama di bidang seperti perencanaan tata kota, transportasi publik.

Saya dapat mengatakan sebuah fakta kepada Anda sejak awal tahun 1990an lebih dari lima ribu pejabat berwenang Indonesia berkunjung ke Singapura untuk belajar dari pengalaman kami. Caranya dengan berinteraksi dengan mereka.

Kami juga mempelajari tantangan yang dihadapi di sini dan terus menyesuaikan dengan belajar dari mitra kami di Indonesia. Sehingga ini masih akan terus berjalan dalam jangka waktu yang panjang.

Tantangan macam apa yang dapat dipelajari Pemerintah Singapura dari cara Pemprov Jakarta mengatasi permasalahannya?

Tantangan yang kami hadapi saat ini terkait dengan urbanisasi, tentu saja tingkat urbanisasi tinggi. Indonesia juga termasuk negara yang mengalami urbanisasi dalam waktu yang sangat cepat. Maka permasalahan yang dihadapi Indonesia seperti kemacetan, tata kelola air, transportasi, dalam cara yang berbeda, itu juga merupakan tantangan bagi negara-kota seperti Singapura.

Namun akar permasalahannya mungkin berbeda. Tetapi itu tetap merupakan sebuah tantangan bagi kami, oleh sebab itu sangat baik bagi kami untuk berbagi pengalaman, seperti Pemprov Jakarta yang sangat tertarik melihat program yang telah kami lakukan, seperti ERP (electronic road pricing), MRT, monorel dan lainnya. Sehingga kami terus berbagi pengalaman ini.

Ada akademisi Singapura mencoba mempelajari metode "blusukan" Jokowi. Apakah Singapura punya cara yang sama?

Saya rasa, dalam sistem kami, Singapura juga punya metode serupa. Tapi tentu kami tidak menyebutnya sebagai blusukan. Para pejabat kami juga turun ke lapangan untuk bertemu dengan warga Singapura. Warga juga dapat bertemu dengan anggota parlemen setiap minggu dan berkomunikasi dengan mereka secara individu.

Namun saat kami melihat Jakarta, seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya bahwa kami terkesima dengan cara kerja Gubernur, sangat tepat waktu. Maka kami akan selalu membantu apa yang bisa diberikan dan sesuai bagi perkembangan Jakarta. (eh)

Tidak ada komentar: