BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Kamis, 22 Mei 2014

Kader Golkar Patut Contoh Hary Tanoe yang Gentle

Oleh: Ahmad Farhan Faris

INILAHCOM, Jakarta - Kader Partai Golkar yang tidak menaati keputusan pimpinan berkoalisi dengan Partai Gerindra atau membelot, disarankan supaya mengundurkan diri sebagai kader beringin agar tidak menjadi preseden buruk ke depannya.

Peneliti POINT Indonesia Karel Susetyo mengatakan, untuk menjaga soliditas dan disiplin organisasi memang sebaiknya para kader yang membelot mengundurkan diri saja. Memang, perbedaan pendapat itu hal yang biasa, namun keputusan resmi partai harus ditaati oleh seluruh kader.

"Contoh HT (Hary Tanoesoedibjo) yang secara gentle mengundurkan diri dari Hanura, hanya ingin mendukung Prabowo. Saya rasa ini contoh baik dalam politik kekinian," katanya kepada INILAHCOM, Rabu, (21/5/2014) malam.

Ia menjelaskan kader Golkar yang membelot sebenarnya sedang menjalani tradisi internal yang selalu berulang menghadapi pemilu presiden. Sejak 2004, gerbong Golkar tidak pernah solid dalam mendukung calon presiden pilihan partai sendiri.

"Dan semua capres pun sadar bahwa siapapun masinis Golkar tak akan membawa gerbongnya secara utuh, pasti ada beberapa gerbong yang berbelok arah," ujarnya.

Menurut dia, situasi ini terjadi karena tidak ada penguasa tunggal di Golkar yang terjadi layaknya di partai politik lain. Sehingga kekuatan antarfaksi di Golkar sangat dinamis dan berimbang.

"Jadi, bagi kader yang tidak mau mengundurkan diri perlu diberi sanksi (pecat). Karena tanpa sanksi yang tegas akan menjadi preseden buruk bagi Golkar, tidak hanya di momen pilpres namun juga di pilkada," jelas Karel.[ris]

Tidak ada komentar: