Jakarta (ANTARA
News) - Menteri BUMN Dahlan Iskan mendukung penuh keinginan Komisi VII
DPR yang akan membawa temuan Badan Pemeriksa Keuangan tentang
inefisiensi PT PLN ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Audit BPK telah menemukan inefisiensi di PT PLN senilai Rp37,6 triliun pada periode 2009-2010.
"Kalau hal ini memang mau dibawa ke KPK, bagus sekali. Saya
mendukung penuh," tutur Dahlan dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama
Komisi VII DPR-RI di Jakarta, Selasa.
Ia mengakui langkah yang direncanakan oleh anggota dewan merupakan
hal yang positif sehingga menjadi lebih jelas. Kendati demikian, Dahlan
berpegang teguh bahwa inefisiensi di PLN itu lebih karena tidak
mendapatkan pasokan gas, sehingga menggunakan bahan bakar minyak yang
memboroskan anggaran.
"Ini kan kesannya PLN merugi Rp37 triliun, padahal dalam pembukuannya ketika itu ada untung Rp9 triliun," ungkapnya.
Ia menekankan, walaupun dalam pembukukan PLN tercatat meraih keuntungan, namun itu belum dianggap sebagai prestasi.
Untuk diketahui, inefisiensi PLN terjadi ketika Dahlan masih
menjabat sebagai direktur utama PLN. Dahlan memilih menggunakan BBM
karena ketiadaan pasokan gas. Apabila dibiarkan, maka sebagian besar DKI
Jakarta akan terjadi pemadaman listrik hingga satu tahun.
"Waktu itu saya diperhadapkan dengan dua hal, yakni Jakarta mau mati
listrik atau harus menggunakan BBM. Jadi saya pilih BBM," kata Dahlan
beberapa waktu lalu.
Dalam laporan hasil pemeriksaan BPK RI No. 30/Auditama
VII/PDTT/09/2011 tertanggal 16 September 2011, BPK menemukan dugaan
kerugian negara di delapan pembangkit listrik pada periode 2009-2011
sebesar Rp37,6 triliun yang diakibatkan penggunaan BBM untuk pembangkit
listrik PLN yang seharusnya menggunakan gas.
Dalam laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tercatat PLN tidak dapat
memenuhi kebutuhan gas untuk pembangkit sesuai dengan volume dan
spefisikasi teknis yang dibutuhkan.
Hal tersebut terjadi antara lain pada delapan unit pembangkit yang berbasis firing, sehingga harus dioperasikan dengan high speed atau solar yang lebih mahal dan juga gas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar