Perth, Australia
(ANTARA News) - Presiden Barack Obama akan membicarakan aksi kekerasan
di negara bagian Rakhine Myanmar dalam kunjungannya ke negara itu, kata
Menlu Amerika Serikat Hillary Clinton, Rabu.
Hillary akan mendampingi Obama pekan depan ketika ia melakukan
kunjungan pertama presiden AS ke Myanmar. Dalam lawatan itu Obama akan
bertemu dengan Presiden Thein Sein dan pemimpin oposisi Aung San Suu
Kyi.
Menlu itu mengatakan kerusuhan antara warga Rohingya yang Muslim
dan warga Buddha di negara bagian Rakhine Myanmar barat tentu akan
mewarnai perundingan-perundingan Obama.
Bentrokan di daerah itu sejauh in menewaskan 180 orang dan memaksa
lebih dari 110.000 orang mengungsi, sebagian besar warga Rohingya di
kamp-kamp darurat.
"Kami mengecam aksi kekerasan itu , kami menyerukan penduduk
tenang dan melakukan dialog penting untuk mengatasi kebutuhan
legitimasi yang menjadi pagkal dari bentrokan-bentrokan ini," kata
Hillary.
"Dan tentu kami mengharapkan pihak berwenang Burma menjamin
keamanan dan keselematan semua orang di daerah itu dan melakukan
tindakan utuk menghentikan kerusuhan dan mengusutnya, menyeret mereka
yang bertanggung jawab ke pengadilan."
Dalam kunjungan itu Obama akan memerkuat dukung bagi proses
reformasi yang dilakukan presiden Myanmar yang telah membawa Aung San
Suu Kyi yang pernah berada dalam tahanan rumah selama belasan tahun,
menjadi anggota parlemen.
Hillary mengatakan kunjungan Obama itu adalah satu tanda untuk
melihat seberapa jauh Myanmar yang lama dikucilkan itu mencapai kemajuan
dalam reformasi dan mencerminkan satu pendekatan pada perubahan positif
di negara itu.
"Reformasi-reformasi harus menempuh jalan yang panjang, masa depan
tidak pasti, tetapi kami akan membuat kemajuan dan kami ingin melihat
bahwa kemajuan berlanjut," kata Hillary kepada wartawan.
Washington memulihkan hubungan diplomatik dengan Myanmar dan mencabut sanksi menyngkut investasi Juli.
Tetapi kepala hak asasi manusia PBB Navi Pilay pekan lalu
memperingatkan bahwa konflik di Rakhine dapat menghambat usaha reformasi
negara itu dan menyerukan Myanmar mengizinkan waga Rohingya menjadi
warga negara.
Tidak adanya kewarganegaraan kelompok itu menjadi pusat
terjadinya dua aksi kekerasan dan kerusuhan antara masyaraat Buddha dan
Rohingya sejak Juni.
Kelompok Rohingya yang berjumlah 800.000 orang di Myanmar dianggap
PBB sebagai salah satu dari minoritas-minoritas paling teraniaya di
dunia.
Obama juga diharapkan akan berpidato di hadapan kelompok-kelompok
masyaraat sipil dan mungkin akan mengunjungi satu lokasi budaya di
Yangon dalam kunjungannya itu, demikian AFP.
(H-RN/C003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar