Pewarta: Zubi Mahrofi
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta pada Senin pagi bergerak menguat sebesar 25 poin menjadi
Rp14.615 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.640 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta, di Jakarta, Senin, mengatakan,
nilai tukar dolar AS terdepresiasi terhadap mayoritas mata uang di
kawasan Asia setelah angka pertambahan tenaga kerja Amerika Serikat non
manufaktur periode September lebih rendah dari pencapaian bulan
sebelumnya.
"Menurunnya data Amerika Serikat itu membuat optimisme kenaikan suku
bunga AS dalam waktu dekat ini cenderung tergerus," katanya.
Dari dalam negeri, lanjut dia, nilai tukar rupiah juga mendapat
dorongan dari paket kebijakan ekonomi jilid III yang akan dikeluarkan
pemerintah yang dikabarkan akan fokus untuk mendorong daya beli
masyarakat dengan melakukan pemangkasan harga BBM oleh Pertamina.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada
menambahkan bahwa pelemahan pada sejumlah data-data Amerika Serikat yang
dibarengi dengan kembali naiknya harga minyak mentah dunia menjadi
salah satu sentimen positif bagi mata uang rupiah.
Penguatan mata uang rupiah, lanjut dia, juga memperlihatkan mulai
adanya optimisme pasar terhadap perekonomian domestik. Diharapkan
optmisme itu berlanjut menyusul pemerintah yang cukup aktif mengeluarkan
beberapa kebijakan untuk menjaga perekonomian domestik.
Di sisi lain, ia mengatakan bahwa sebagian pelaku pasar uang juga
masih melirik aset di negara-negara berkembang menyusul menurunnya
harapan kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat.
"Bank sentral AS (the Fed) diperkirakan belum akan menaikkan suku
bunganya dalam waktu dekat. Situasi ini membuat aset di negara
berkembang dinilai masih menarik," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar