Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan bahwa transformasi yang tengah dilakukan bangsa Indonesia untuk mewujudkan sebuah negara dengan sistem ekonomi yang kuat, berkeadilan dan sistem politik yang matang belum lagi selesai.

"Transformasi yang kita lakukan masih belum selesai, masih terus berlanjut. Kita ingin di pertengahan abad 21 ini, Indonesia bisa menjadi bukan hanya emerging economy. Tetapi, Indonesia ingin menjadikan ekonominya kuat dan berkeadilan, politik dan demokrasinya matang dan stabil serta peradabannya makin unggul dan maju," kata Presiden.

Hal itu disampaikan oleh Presiden Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta, Selasa, dalam acara buka puasa bersama dengan pimpinan lembaga negara, duta besar negara sahabat, kepala lembaga negara, unsur pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara RI (Polri), pejabat eselon I kementerian, serta direktur utama Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Oleh karena itu, kata Presiden, semua pihak harus menyadari jika transformasi adalah sebuah proses yang memerlukan waktu yang cukup panjang.

"Marilah kita belajar dari pengalaman negara-negara lain yang telah maju. Dalam proses itu selalu ada dinamika, pasang surut dan bahkan keadaan jatuh bangun dari sebuah kehidupan yang sedang melaksanakan transformasi," katanya.

Pengalaman jatuh bangun menuju kondisi yang lebih baik, kata Presiden, juga dialami oleh sejumlah negara-negara maju seperti AS, Eropa dan Jepang, yang juga tiba-tiba mengalami krisis ekonomi, sosial dan politik dengan skala dan intensitas yang berbeda.

Kepala Negara mengatakan bahwa setelah krisis ekonomi pada 1998, Indonesia telah memulai babak baru kehidupan bangsa yang tidak hanya reformasi namun juga transformasi.

"Kita masih ingat saat itu tahun-tahun pertama melakukan reformasi, penuh semangat yang meluap-luap, kita ingin melakukan perubahan yang radikal, cepat dan besar-besaran," katanya.

Sebuah transformasi dalam lingkup yang besar, kata Presiden, berpeluang diikuti oleh dampak sosiologis, antara lain ketidakstabilan, kegamangan, konflik dan perpecahan.

"Kita juga ingat di masa yang sulit saat itu ada prahara disorder dan negara kita diramalkan akan bubar, seperti bubarnya negara-negara di Balkan. Allah Maha Besar, dan kita segera sadar bahwa NKRI tidak boleh bubar. Boleh melakukan reformasi, tapi tidak mengubah fundamental konsensus Pancasila, NKRI, UUD 1945, dan semangat Bhinneka Tunggal Ika," katanya.

Presiden mengatakan bahwa Indonesia masih mendapat pertolongan Allah SWT sehingga selamat dari perpecahan.

"Kita bersyukur dan bersyukur kehadirat Allah SWT," katanya.

Hadir dalam acara tersebut, antara lain Ibu Ani Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono, Ibu Herawati Boediono, dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, serta Solidaritas Istri Kabinet Indonesia Bersatu II.

Wakil Menteri Agama, Nasaruddin Umar, memberikan ceramah menjelang buka puasa dengan tema "Sabar, Syukur dan Ikhtiar."

Dalam kuliah tujuh menitnya itu, Nasaruddin Umar menekankan, syukur lebih dari sekedar mengucapkan Alhamdulillah, namun juga harus mewujudkan rasa syukurnya itu dalam bentuk perbuatan, antara lain dengan memenuhi tanggung jawab dan kewajibannya.

Ia juga menggarisbawahi keutamaan umat muslim yang dapat tetap mengucapkan syukur dikala mengalami musibah karena meyakini bahwa dibalik musibah terdapat nikmat yang besar.
(T.G003)