Oleh: Ahmad Farhan Faris
INILAHCOM, Jakarta - Dua pasangan calon presiden dan wakil presiden, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK), harus mendeklarasikan kampanye positif. Hal ini supaya tidak terjadi gesekan antar pendukungnya.
Peneliti POINT Indonesia Karel Susetyo mengatakan, diskursus yang berkembang dalam sosial media terkait Pemilu presiden sudah menjurus pada pola komunikasi yang menolak komunikasi.
Menurutnya, pendukung yang satu menegasikan pendukung lainnya. Seharusnya, sosial media menjadi diskursus argumentatif yang saling menguatkan lewat kritik konstruktif.
"Dengan membedah visi, misi dan program para calon presiden. Bukan saling caci atau menjadi ajang kampanye hitam," katanya kepada INILAHCOM, Sabtu, (31/5/2014).
Ia melanjutkan, kondisi saat ini semakin tidak sehat ketika para calon presiden termasuk juga tim suksesnya justru memprovokasi pendukung di dunia maya lewat kode semiotis yang arogan.
"Yakni, 'Kita vs Mereka'. Ini bisa mendorong terjadinya kekerasan kolektif di tingkat akar rumput dan konfrontasi antar pendukung," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Karel, dibutuhkan aksi moratorium kampanye hitam yang diinisiasi oleh kedua calon presiden dan KPU sebagai penyelenggara pemilu. Moratorium ini juga menjadi sebuah strategi bersama untuk mengatasi chaos.
"Mereka berdua (Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK) harus mendeklarasikan moratorium kampanye hitam secara bersama. Ini bisa menurunkan tensi saling serang antar pendukung," tandasnya.[ris]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar