BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Senin, 24 Agustus 2015

Kerendahan Hati Boediono dan Deretan Gelar yang Tak Pernah Diumbar

Mega Putra Ratya - detikNews
Jakarta - Bersahaja. Itu kata pertama yang terucap ketika melihat sosok Boediono, Wakil Presiden ke-11 RI. Pembawaannya yang kalem tidak berubah dari sebelum menjabat, hingga purna tugas.

Perannya sebagai pendamping Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada periode 2009-2014 jarang disorot publik. Bahkan seolah dilupakan. Irit bicara, cenderung pendiam membuat media juga kurang tertarik untuk meliputnya.

Sosok Boediono lebih banyak dibicarakan tentang isu seputar hukum yang jauh dari bidang yang dikuasainya, ekonomi. Padahal, di balik hingar bingar itu, Boediono menyimpan kepribadian yang luar biasa.

detikcom berkesempatan menyambangi kediaman Boediono di Kompleks Bappenas, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan. Berkemeja lengan pendek, Boediono menyapa kami dengan ramah.

"Apa kabar dek?" tanya pria yang akrab disapa Pak Boed itu.

Tidak lama, Herawati keluar dari kamarnya dan ikut bergabung bersama kami. Keduanya kemudian duduk berdampingan di sebuah sofa sederhana.

Pria yang lahir di Blitar, Jawa Timur, 25 Februari 1943 ini bercerita ini waktunya lebih banyak bersama anak dan cucunya. Selain itu, Boediono juga rutin berolahraga jogging hingga fitnes.

"Saya ikut fitnes seminggu 3 kali, di BI (Bank Indonesia), ada kelompok mantan-mantan BI. Kadang jogging di monas," tuturnya.

Sementara itu Herawati kini juga masih rutin berolahraga tenis. Selain itu, wanita berkacamata ini mengaku punya waktu banyak mengurus rumah tangga, termasuk memasak untuk sang suami. Hera bercerita juga tentang makanan favorit Pak Boed.

"Yang seger-seger. Nggak aneh-aneh kok dia, gampang, dikasih apa saja mau, nggak rewel. Sayur-sayuran, kaya pecel, kalau di Yogya, lotek," cerita Herawati.

Gelar Tak Pernah Dipakai
Staf Pribadi Boediono, Nopen, mengungkapkan kekagumannya kepada sosok wakil presiden ke-11 RI ini. Nopen yang ikut bersama Boediono sejak berkantor di Istana Wapres ini mengaku tidak pernah diperintah selain dengan cara yang sangat halus.

"Beliau pantang perintah atau minta tolong, misalnya kalau perlu apa-apa 'Mas saya boleh minta tolong nggak, begini begini.. bagusnya bagaimana, saya ikut,'" tutur Nopen.

Nopen juga bercerita soal sosok Boediono yang sederhana dalam segala hal. Boediono enggan menggunakan fasilitas negara, terlebih untuk kepentingan pribadi.

Boediono, di mata Nopen juga sosok yang selalu menepati janji. Bahkan Boediono selalu hadir satu jam lebih awal dari waktu yang sudah dijadwalkan.

Nopen ingat betul pesan dari mantan Gubernur BI itu kepadanya soal jabatan dan gelar. Selama ini, lanjut Nopen, Boediono tidak pernah mencantumkan gelarnya pada nama. Padahal sederet gelar mulai dari master ekonomi hingga profesor sudah disandangnya.

Seharusnya, Boediono memiliki deretan gelar seperti berikut: Profesor Dr Boediono M, Ec. Dia menyelesaikan gelar sarjana di Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Setelah itu gelar Bachelor of Economics (Hons.) diraihnya dari Universitas Western Australia pada tahun 1967. Lima tahun kemudian, gelar Master of Economics diperoleh dari Universitas Monash. Pada tahun 1979, ia mendapatkan gelar S3 (Ph.D.) dalam bidang ekonomi dari Wharton School, Universitas Pennsylvania.

"Pernah nggak gelarnya dicantumkan di nama? Beliau paling tidak berkenan. "Itu tidak saya bawa mati" kata Nopen menuturkan ucapan Boediono.

Sementara itu, Kapten CPM Rosidi, anggota Grup D Paspampres yang bertugas mengawal Boediono bercerita soal pengawalan mantan orang nomor dua di negeri ini. Terkadang, Boediono di saat-saat tertentu, tidak ingin terlalu ketat dikawal oleh paspampres.

"Beliau mengarahkan ke kami untuk berperilaku sederhana. Yang paling mendasar dari beliau adalah jangan merepotkan orang lain. Itu yang sangat digarisbawahi," kata Rosidi. 
 

Tidak ada komentar: