E Mei Amelia R - detikNews
Jakarta
Kamis (29/3) malam lalu, suasana di depan kampus
UPI-YAI, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat tampak mencekam. Ratusan
mahasiswa melakukan aksi bakar ban dalam demo menolak kenaikan Bahan
Bakar Minyak (BBM) itu.
Saat itu, aksi unjuk rasa berubah menjadi
liar tidak terkendali. Para pendemo tidak hanya membakar ban, namun
Pospol yang terletak di antara kampus UKI dan UPI-YAI juga ikut dirusak
massa yang mengamuk. Setelah merusak Pospol dengan batu, massa juga
membakar motor milik anggota Polsek Senen yang diparkir di Pospol
tersebut.
Massa juga memblokade Jalan Diponegoro mulai dari depan
kantor LBH Jakarta hingga ke arah Salemba. Massa juga melakukan
sweeping terhadap pengendara yang melintas. Bahkan, massa juga
mengeroyok Kapolsek Senen Kompol Iman Zebua yang saat itu bertugas di
lokasi. Kompol Iman pingsan dan dilarikan ke UGD RSCM setelah dihajar
massa.
Ratusan aparat polisi dari Polres Jakarta Pusat tidak
dapat menahan amukan massa yang sudah brutal itu. Untuk mengendalikan
massa yang sudah brutal itu, Kepolisian Daerah Metro Jaya mengirimkan
pasukan tambahan.
Termasuk salah satunya tim dari Subdit Resmob
Polda Metro Jaya diperintahkan untuk ikut mengendalikan massa. Kepala
Subdit Resmob Polda Metro Jaya, AKBP Herry Heryawan saat itu memimpin
langsung 7 anggotanya.
"Setelah menerima informasi Kapolsek Senen
dikeroyok, saya bersama anggota saya menuju ke TKP sekitar pukul 20.15
WIB," kata Herry.
Saat itu, Herry dan 7 anggotanya berangkat
beriringan dari Mapolda Metro Jaya dengan menggunakan tiga unit mobil.
Herry saat itu menumpang mobil Kijang LX tahun 2001 yang bertanda
khusus, tulisan 'RESMOB' pada body samping kiri-kanan dan belakangnya.
"Saat
itu, mobil Resmob yang saya dan dua anggota saya tumpangi berada paling
depan, untuk membuka jalan karena saat itu jalanan macet," katanya.
Dalam
situasi seperti itu, petugas memang harus cepat berada di lokasi. Untuk
membuka jalur, Herry menyalakan rotator dan sirine pun menyalak.
Melalui pengeras suara, anggotanya menghalau pengendara untuk
meminggirkan kendaraannya.
"Sesampainya di lokasi, di depan LBH ternyata jalanan sudah terblokir," ujarnya.
Saat
itu, mobil Resmob yang ditumpangi Herry dan anggotanya terhalang
Kopaja. Saat itu pula, puluhan orang berlarian ke arah mobil Resmob yang
ditumpangi Herry dan dua anak buahnya.
"Kami saat itu tidak mengira kalau massa akan memburu kami. Tetapi rupanya mereka semakin mendekati mobil kami," katanya.
Karena
jumlah anggota yang sedikit tidak seimbang dengan massa yang banyak,
Herry kemudian memutuskan untuk memerintahkan anggotanya yang berada
dalam dua unit mobil di belakangnya agar putar balik, menghindar massa.
Dua mobil yang ditumpangi anggotanya berhasil memutar balik
kendaraannya. Namun nahas, mobil Resmob yang ditumpangi Herry dan dua
anak buahnya tidak sempat memutar balik karena terhadang Kopaja.
Massa
yang beringas merusak mobil Resmob yang sedang ditumpangi Herry dan dua
anggotanya itu. Massa kemudian mengguncang-guncangkan mobil Resmob
tersebut. Di tengah situasi seperti itu, Herry mencoba menenangkan massa
untuk tidak berbuat anarki.
"Saya sudah bilang ke mereka, Dik
jangan Dik. Kita ke sini untuk memberikan pengamanan. Kita bukan musuh
kalian," ujarnya kala itu.
Namun massa tidak mempedulikan imbauan
Herry kala itu. Massa terus menghancurkan mobil Resmob. Dalam situasi
seperti itu, Herry pun memerintahkan dua anak buahnya yang ikut
bersamanya untuk turun dari mobil. Herry saat itu sempat tergencet,
hampir tidak dapat meloloskan diri dari amukan massa.
Dengan
sekuat tenaga, Herry mencoba mendorong pintu mobil yang sudag dikepung
massa. Ia kemudian menyelamatkan diri bersama dua anggotanya, menuju ke
Mteropole yang letaknya berjarak sekitar 10 meter dari lokasi kejadian.
Massa kemudian mengejar Herry dan anak buahnya.
"Kami dikeroyok oleh mahasiswa. Kami bergumul dengan tangan kosong," katanya.
Mobil Dibakar
Setelah
berhasil meloloskan diri dari amukan, massa kemudian membakar mobil
Resmob. Seketika, Jalan Diponegoro berubah mencekam. Api memerah keluar
dari mobil Resmob. Herry saat itu hanya bisa menatap mobil dinas anggota
yang hanya satu-satunya itu.
Beberapa saat setelah aksi
pembakaran mobil Resmob, petugas gabungan dari Polda Metro Jaya datang
ke lokasi membubarkan massa. Menjelang Jumat (30/3) dini hari, massa
baru terkendali. Pasca kejadian itu, petugas kemudian melakukan sweeping
ke kantor LBH Jakarta.
"Kami mendapat informasi kalau massa
bersembunyi ke kantor LBH Jakarta," ujar Wakil Direktur Reserse Kriminal
Umum Polda Metro Jaya AKBP Nico Afinta.
Petugas kemudian
menggeledah tiap lantai kantor LBH. Di lantai satu, petugas menemukan
ratusan tas milik mahasiswa. Dari hasil penggeledahan, petugas menemukan
spanduk, bendera bergambar lambang Nazi, tiga bilah bambu, pecahan
kaca, pecahan bemper mobil, batu dan dua buah ketapel.
Di lokasi,
petugas juga mengamankan 53 mahasiswa yang saat itu bersembunyi di
lantai 2 kantor LBH. Kepala Subdit Keamanan Negara (Kamneg) Polda Metro
Jaya, AKBP Daniel Bolly Tifaona menyatakan, seluruhnya ditetapkan
sebagai tersangka karena telah melakukan perusakan, pembakaran dan
pengeroyokan.
Daniel mengatakan, kelimapuluh tiga mahasiswa
tersebut dijerat dengan pasal 187 KUHP tentang pembakaran jo 170 KUHP
tentang pengeroyokan terhadap orang dan benda jo pasal 164 KUHP tentang
pemufakatan melakukan kejahatan.
"Mereka telah melakukan perusakan terhadap benda seperti mobil Resmob, motor dan pembakaran pospol," kata Bolly.
Bolly
melanjutkan pihaknya memiliki bukti kuat bahwa para pelaku melakukan
aksi anarki di lokasi saat melakukan aksi demo menolak kenaikan harga
BBM di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat pada Kamis (28/3) sore lalu.
"Ada bukti, kita tidak akan menahan kalau tidak ada alat bukti dong," ujarnya.
Salah
satu alat bukti yang dimiliki polisi yakni sebuah rekaman video saat
aksi tersebut terjadi. "Salah satunya itu (rekaman video)," imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar