BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Senin, 19 November 2012

Bentrok Warga Kerap Terjadi, Waspadai Provokator

VIVAnews - Sejumlah bentrok antar warga bermunculan di sejumlah daerah, akhir-akhir ini. Pakar sosiolog Universitas Indonesia Thamrin A Tamagola meragukan anggapan sejumlah kalangan yang menyebut bentrok ini diciptakan dalam rangka suksesi kepala negara di Pemilu 2014.

"Kita ini terlalu lama digenggam militer jadi pola pikirannya intel terus, teori konspirasi terus. Ini bukan persoalan jelang 2014," kata Thamrin dalam perbincangan dengan VIVAnews, baru-baru ini.

Menurut dia, sejumlah tempat memang memiliki potensi konflik, baik karena masa lalu yang kelam ataupun ketimpangan sosial ekonomi. "Pemerintah tidak berhasil menyelesaikan bentrok-bentrok sebelumnya hingga ke akar persoalan sehingga potensi konflik seperti di Poso, Maluku, Lampung itu masih ada. Suatu saat, dia akan meledak kembali," jelasnya.

Akibatnya, potensi konflik--yang dia sebut jerami kering atau amunisi itu--terus menumpuk. Masalah sekecil apapun, bisa jadi pemicu ledakan besar.
"Nah, tumpukan jerami kering ini bisa dimanfaatkan siapa saja untuk kepentingannya sendiri. Bisa komunis, teroris, atau bahkan kandidat pilkada yang gagal. Ini sebetulnya semacam provokator. Bisa siapa saja," kata profesor ini. "Ini yang harus diwaspadai."

Untuk itu, pemerintah daerah harus membuat peta potensi konflik di daerah masing-masing dengan bekerja sama dengan universitas lokal dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. "Peneliti kampus dan LIPI tugasnya menggali akar persoalan potensi konflik."
Bentrok terakhir pecah di Bireuen, Aceh, Jumat malam 16 November 2012. Dalam bentrok yang dipicu ajaran Islam sesat itu, tiga warga tewas. (eh)

Tidak ada komentar: