PBB, New York (ANTARA News) - Konflik di Jalur Gaza telah mengakibatkan
kerusakan dalam tingkat "yang tak pernah terjadi sebelumnya" dengan
ratusan ribu orang kehilangan tempat tinggal, kata juru bicara PBB,
Selasa (2/9).
"Pihak kami di lapangan melaporkan bahwa besarnya kerusakan tak
pernah terjadi sebelumnya. Sebanyak 18.000 rumah telah hancur atau rusak
parah, sehingga tak kurang dari 108.000 orang kehilangan tempat
tinggal," kata Stephane Dujarric di markas PBB, New York.
"Menemukan penyelesaian sementara perumahan buat orang ini akan
menjadi tantangan besar yang dihadapi pemerintah lokal dan masyarakat
kemanusiaan pada masa mendatang," katanya.
Pasokan listrik masih terputus selama 18 jam per hari di kebanyakan
wilayah di seluruh Jalur Gaza dan hanya 10 persen warga menerima air
setiap hari, tambah Dujarric, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang
dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi.
Menurut Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA),
gencatan senjata di Jalur Gaza sejak 27 Agustus telah memuntkinkan
"dilakukannya penilaian yang lebih mendalam" mengenai kerusakan
bangunan. Sebanyak 13 persen stok rumah di Jalur Gaza telah terpengaruh
oleh konflik.
Lembaga Pekerjaan dan Bantuan PBB bagi Pengungsi Palestina (UNRWA)
menyatakan lebih dari 55.000 orang yang kehilangan tempat tinggal masih
berlindung di 36 gedung sekolah yang dikelola oleh badan tersebut hingga
Senin (1/9).
Lebih dari 2.000 orang Palestina tewas dan 10.000 orang lagi cedera
sejak Selasa (8 Juli), ketika Israel melancarkan agresi militer yang
diberi nama "Operation Protective Edge" dalam upaya "menghentikan
penembakan roket lintas-perbatasan dari Jalur Gaza" --yang dikuasai
HAMAS. Di pihak Israel, lima warga dan 64 tentara telah tewas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar