Jpnn
JAKARTA - Kepala Badan
Pengatur Hilir (BPH) Migas Andi Noorsaman Sommeng usai rapat di Kemenko
Perekonomian kemarin menyebut kemungkinan harga bahan bakar minyak (BBM)
diturunkan cukup besar.
Namun, dia enggan menyebut berapa
kisarannya karena itu masuk wilayah Ditjen Migas Kementerian ESDM.
"Pasti. Kalau harga turun, ya diturunin," ucapnya.
Dirjen Migas IGN Wiratmaja Puja yang juga
ikut rapat memilih untuk tertutup. Dia tidak mau membicarakan hasil
rapat dan kepastian harga premium dan solar setelah ini. Dia berdalih,
nanti ada pimpinan yang menyampaikan ada tidaknya penyesuaian.
"Sedang dikaji terus, cuma saya tidak berwenang sampaikan. Nanti pimpinan yang sampaikan," tegasnya.
Sebelum ini, dia sempat menyebut kalau
harga keekonomian premium bukan seperti yang dijual saat ini. Menurut
Wirat, selama tiga bulan ke depan harga ideal premium ada dikisaran Rp
7.900 per liter.
Sementara, Direktur Pemasaran Pertamina
Ahmad Bambang mengatakan, harga keekonomian Premium saat ini ada
dikisaran Rp 7.750 per liter. Angka itu muncul dari break even point
atau titik impas premium Rp 7.450 tiap liternya. Saat dijual ke luar
Jawa, Madura, dan Bali (Jamali), muncul defisit karena dilepas Rp 7.300
per liter.
Sedangkan di Jamali, direksi yang akrab
disapa Abe itu menyebut ada sedikit profit untuk perseroan. Biasanya, 5
persen atau sekitar Rp 300. Jadi, idealnya premium Jamali dihargai Rp
7.750 per liter. "Tapi, saat ini diminta beda Rp 100 saja," terangnya
pada Jawa Pos.
Selain itu, dia kembali menyinggung soal
pentingnya mengurangi pajak pertambahan nilai (PPN). Sesuai UU PPN
42/2009, pengurangan bisa mencapai 5 atau 15 persen. Bahkan, peluang
untuk dicabutnya PPN juga terbuka lebar. "Ada dua cara, pertama
ditanggung penuh oleh pemerintah," sebutnya.
Mantan CEO PT Pertamina Trans Kontinental (PTK) yang bergerak sebagai
shipping company itu pernah dilakukan pemerintah pada 2009. Cara kedua,
PPN dianggap sebagai terutang tidak dipungut seperti avtur internasional
dan Marine Fuel Oil (MFO) internasional. "Kalau mau nendang, ya PPN-nya
kurangi," tuturnya. (Owi/ken/dim/dee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar