BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Rabu, 21 Maret 2012

Dahlan Iskan: Saya Tidak Banting Kursi, Tapi Membuangnya Ke Pinggir Tol

RMOL. Kemarin, pukul 15.00 wib, Dahlan Iskan men­darat di Tianjin, Tiongkok. Itu berarti sekitar sem­bilan jam setelah menteri BUMN itu ngamuk di pintu tol.
Memangnya kenapa dia marah dan ngamuk di pin­tu tol kawasan Semanggi? Apa yang terjadi? Be­rikut ini pernyataan Dahlan Iskan yang diketik sen­diri di Ipad, miliknya. Dia mengirim itu ke­pada Rakyat Merdeka via email, beberapa saat begitu dia mendarat di China.
“Tadi pagi saya tidak membanting kursi tapi (he he he) membuangnya ke pinggir jalan tol. Kursi-kursi itu betul-betul nggak ada gunanya karena orangnya atau petugasnya tidak ada di loket di tengah-tengah antrean mo­bil masuk gerbang tol yang begitu panjang.”
“Ini juga bukan marah yang men­da­dak. Sudah tiga bulan saya minta agar an­trean masuk tol jangan sampai men­jeng­kelkan. Hampir setiap minggu saya SMS direksi Jasa Marga mengingatkan komitmen kepada masyarakat yang harus kita penuhi.”
“Setiap kali saya masuk gerbang tol yang antre panjang saya selalu sms ke­pada direksi Jasa Marga. Tapi kok tidak ada tindakan nyata. Sabtu lalu, jam 11.00, saat mau ke Bandung untuk ber­te­mu mahasiswa ITB, saat masuk pintu tol Kalimalang-2, antrean juga panjang. Juga saya sms direksinya.”
“Saya tidak henti-hentinya meng­ingat­­kan itu. Pelayanan harus baik. Apa­­lagi ini melayani orang yang mau mem­­bayar. Kalau melayani orang yang mau membayar saja tidak baik, ba­gai­ma­na melayani masyarakat kecil yang tidak punya uang?”
“Saya juga sangat tidak puas hasil pen­jualan kartu eToll yang kurang berhasil. Saya sudah tawarkan untuk ikut jualan. Saya tunggu-tunggu begitu lama tidak ada realisasinya. Saya sudah bilang, perlu cara-cara kreatif untuk jua­lan kartu itu. Biar kian banyak yang beli kartu eToll.”
“Saya siang ini berangkat ke Tiong­kok check up. Sudah telat 8 bulan. Saya tun­da terus karena begitu banyak pe­ker­jaan dan juga karena saya tidak me­rasa ada sesuatu yang mencurigakan. Ta­pi saya ditegur terus oleh dokter ka­re­na terlalu lama menunda-nunda terus.”
“Tahun ini saya akan melewati masa kritis lima tahun setelah ganti hati. Kalau saya bisa melewati lima tahun ini, Agustus nanti, Insyaallah pertanda hati baru saya sudah benar-benar me­nyatu dengan tubuh saya. Mohon doa.”
Kemarahan Dahlan Iskan di pintu tol, seolah mewakili ke­jeng­kelan pengguna jalan tol. Sudah ja­di makanan sehari-hari antrian meng­ular jelang pintu tol, terutama di jam si­buk. Penyebabnya pun klasik, bia­s­anya karena kerja petugasnya lamban atau loketnya tidak buka semua. Ma­ka­nya, aksi Menteri BUMN “ngamuk-nga­muk” di loket tol banyak yang mem­beri acungan jempol.
Cerita “aksi koboi” Dahlan juga ra­mai disebarkan oleh mereka yang melihat langsung di pintu tol. Kisahnya begini.
Pagi kemarin, kendaraan yang mem­bawa Dahlan Iskan melaju menuju kan­tor ­Garuda. Ada agenda rapat Selasaan di­mulai jam 7 pagi. Saat itu, pukul 06 lewat 10 menit, Dahlan ada di pintu tol ka­wasan Semanggi. Antrian masuk cu­kup panjang. Lebih dari 30 kendaraan.
Tak tahan melihat antrian, Dahlan Is­kan yang terekam kamera CCTV ber­ke­meja putih pun langsung turun dari mo­bil dan langsung memeriksa loket tol. Ada empat loket, tapi hanya dua yang dibuka. Satu menggunakan sistem manual, satu lagi sistem otomatis. Dua loket lagi petugasnya kosong.
Dahlan lalu masuk ke loket yang ko­song dan dia membuang kursi yang bia­sa diduduki petugasnya. Di loket ko­song sa­tunya, dia juga melakukan hal yang sama. Kursi itu dibuang di pinggir jalan tol.
“Tidak ada gunanya kursi ini,” kata Dah­lan. Omongan ini dikutip dari per­nya­taan Dahlan yang didengar aju­dan­nya.
Melihat antrian makin panjang, Dah­lan dengan cepat membuka penghalang ja­lur tol di loket yang petugasnya ko­song. Lalu dia menyuruh semua mobil di­ lajur antrian masuk ke situ, dan tidak perlu bayar. Wow, senangnya. Banyak pengendara mobil yang langsung ter­se­nyum melihat itu. Salah satu diantara pengendara yang lewat adalah Dirut Ga­ruda Emirsyah Satar. Dia kaget me­lihat aksi Dahlan Iskan.
“Ada apa, Pak? Kok ngatur lalu­lin­tas?” tanyanya. “Ini gratis, ya Pak,” ta­nya­nya lagi. Setelah pintu tol sepi, Dah­lan lalu masuk ke kendaraannya lagi dan meninggalkan pintu tol menuju kan­tor Garuda.
Itulah Dahlan Iskan. Gara-gara aksi ini, Jasa Marga tersentak. Tapi, kata Di­reksinya tidak apa-apa, sekali-kali bu­tuh sentakan. Dirut PT Jasa Marga Adi­tyawarman menyebut aksi Dahlan se­ba­gai “sengatan listrik” untuk meng­ingat­kan seluruh karyawan Jasa Marga yang suka telat, bahwa tepat waktu adalah kun­ci kelancaran bekerja. Telat kerja, ada kerugian yang diderita.
Nah, soal ratusan mobil yang di­ha­diahi Dahlan Iskan tol gratis itu jadi kerugian Jasa Marga. Kata Pak Dahlan, “Ya biar saja. Kalau Ja­sa Marga merasa dirugikan suruh tagih ke saya. Saya bayar.”
Waduh, Pak Dahlan. Ada-ada saja. [Harian Rakyat Merdeka]

Tidak ada komentar: