VIVAnews –
Aksi para preman memang sudah meresahkan. Mereka beraksi di terminal.
Menagih secara paksa di angkutan. Dan berulah di tempat-tempat umum.
Warga sudah jenggah. Juga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Setelah
kasus pembunuhan anggota Kopassus Serka Heru Santoso di Hugo's Cafe di
Yogyakarta beberapa waktu lalu, Presiden SBY memerintahkan Kapolri agar
segera membersihkan para preman di mana saja.
Dan kepolisian tampaknya
sigap bertindak. Hingga Rabu 10 April 2013, setidaknya 2000 preman sudah
dibekuk di berbagai kota di Indonesia. Dari Pasar Tanah Abang di
Jakarta hingga kawasan terminal di Bandung. Proses penangkapan ini
bersdasarkan pemantauan langsung polisi dan laporan dari masyarakat yang
resah.
Para preman itu didata
secara cermat. Ada yang menyaru menjadi tukang parkir liar, dan meminta
uang secara paksa. Menjadi penagih utang atau debt collector,
sampai menjadi pengamen dengan nyanyian yang tak jelas tapi meminta uang
sembari mengancam. Mereka yang menyaru sebagai pengamen itu tentu saja
meresahkan para penumpang.
Di Tanah Abang, Jakarta
Pusat misalnya, polisi yang tidak memakai seragam, menyisir kawasan
pasar untuk mencari sejumlah orang yang diduga preman. Berdasarkan
laporan warga, wilayah Tanah Abang marak dengan aksi pemerasan kepada
kepada pengendara mobil. Preman yang menyamar sebagai tukang parkir
kerap meminta uang parkir dalam jumlah yang tak wajar kepada para
pengendara. Tentu saja dengan muka memaksa.
Dari hasil operasi itu, Polsek Metro Tanah Abang menangkap 26 orang yang diduga preman. Polisi menemukan barang bukti berupa karcis parkir tidak resmi, serta beberapa paket sabu dan ganja. Sementara di Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan, polisi juga menangkap tiga preman yang sedang menengak minuman beralkohol di sebuah warung.
Dari hasil operasi itu, Polsek Metro Tanah Abang menangkap 26 orang yang diduga preman. Polisi menemukan barang bukti berupa karcis parkir tidak resmi, serta beberapa paket sabu dan ganja. Sementara di Terminal Lebak Bulus, Jakarta Selatan, polisi juga menangkap tiga preman yang sedang menengak minuman beralkohol di sebuah warung.
Polisi juga menangkap
setidaknya 20 orang yang diduga preman di Pasar Senen, Jakarta Pusat.
Penangkapan itu dilakukan berdasarkan laporan warga di sana. Aksi para
preman ini sudah menganggu kenyamanan warga dan mereka yang datang ke
pasar itu. Polisi juga menangkap sejumlah preman dari berbagai tempat di
Jakarta Utara.
Selain di Jakarta,
operasi penangkapan para preman juga berlangsung di sejumlah kota di
Indonesia. Sebabnya juga sama. Para preman itu dianggap sudah sangat
meresahkan dan menganggu kenyamanan warga.
Di Banten, Satuan Reserse
Kriminal Polres Metro Tangerang menangkap 200 preman yang dinilai
meresahkan warga. Salah satunya adalah Daud, lelaki 28 tahun yang
tinggal di Kotabumi, Tangerang. Debt collector itu ditangkap
karena membawa senjata tajam jenis pisau lipat. Ketika ditangkap, Daud
sedang menunggu kendaraan bermotor yang angsuran kreditnya bermasalah.
Selain para preman, polisi juga menangkap sejumlah anak gelandangan. (Nonton video penangkapan itu di sini)
Di Bekasi, Jawa Barat, Polresta Kota Bekasi menangkap 60 preman yang kebanyakan berprofesi sebagai tukang parkir liar dan pengamen jalanan. “Mereka kami tangkap karena sudah banyak pengaduan dari masyarakat yang mengaku resah dengan keberadaan para preman,” kata Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bekasi Kota, AKP Dubbel Manalu, Rabu 10 April 2013.
Para preman tersebut dalam setiap aksinya kerap memaksa meminta uang dari warga. “Mereka yang jadi tukang parkir liar, minta bayaran yang tidak wajar. Dikasih Rp1.000, minta lagi. Begitu juga pengamen. Dikasih uang Rp500, dilempar dan minta Rp1.000,” katanya.
Di Bekasi, Jawa Barat, Polresta Kota Bekasi menangkap 60 preman yang kebanyakan berprofesi sebagai tukang parkir liar dan pengamen jalanan. “Mereka kami tangkap karena sudah banyak pengaduan dari masyarakat yang mengaku resah dengan keberadaan para preman,” kata Wakil Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Bekasi Kota, AKP Dubbel Manalu, Rabu 10 April 2013.
Para preman tersebut dalam setiap aksinya kerap memaksa meminta uang dari warga. “Mereka yang jadi tukang parkir liar, minta bayaran yang tidak wajar. Dikasih Rp1.000, minta lagi. Begitu juga pengamen. Dikasih uang Rp500, dilempar dan minta Rp1.000,” katanya.
Proses penangkapan para
preman itu juga berlangsung di Semarang, Jawa Tengah. Setidaknya sudah
42 orang yang ditangkap. Seperti di sejumlah kota lain, para preman di
Semarang itu juga ditangkap karena sudah meresahkan warga. Setelah
ditangkap mereka akan dibina.
Kepolisian memastikan
bahwa operasi tumpas preman ini akan digelar secara rutin demi
menciptakan rasa aman bagi warga. Ratusan preman yang terjaring razia
itu selanjutnya akan dibina oleh Dinas Sosial. Namun mereka yang membawa
senjata tajam dan berjudi akan diproses hukum lebih lanjut oleh
kepolisian.
Warga Senang
Warga sangat senang
dengan operasi penertiban para preman ini. Karena memang sudah sangat
menganggu. Dalam instruksinya dua pekan lalu Presiden SBY secara tegas
memerintahkan Kapolri bertindak tegas menyingkirkan premanisme dan semua
bentuk organisasi kriminal.
“Jalan-jalan dan tempat-tempat umum harus bersih dari semua bentuk premanisme yang mengancam harta benda dan nyawa. Warga harus merasa aman di manapun dan di semua waktu, siang dan malam,” kata Presiden SBY melalui Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparringa.
“Jalan-jalan dan tempat-tempat umum harus bersih dari semua bentuk premanisme yang mengancam harta benda dan nyawa. Warga harus merasa aman di manapun dan di semua waktu, siang dan malam,” kata Presiden SBY melalui Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparringa.
Selain warga, aparat
pemerintah juga senang dengan operasi para preman ini. Dinas Perhubungan
DKI Jakarta mengaku bahwa selama ini selalu kesulitan menertibkan
parkir liar. Karena ada preman yang jaga. Padahal parkir liar di bahu
jalan itu seringkali membuat kemacetan menjadi kian ruwet.
"Itu preman semua. Saya happy banget
waktu mereka ditangkap polisi. Kami selama ini kesulitan menertibkan
mereka," kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono, di
Balai Kota DKI Jakarta, Rabu 10 April 2013. Selama ini para preman itu
susah diatasi, karena Dishub tidak memiliki wewenang. "Kami punya tim
khusus. Cuma baru sanggup menertibkan pakaian yang dipakai para preman
di parkiran liar," katanya
Maraknya parkir liar yang
dijaga para preman itu, kata Pristono, lantaran masyarakat juga sering
memberi uang. "Jangan kasih uang kepada mereka kalau berada di tempat
resmi. Kalau mereka memaksa, laporkan polisi. Ini masuk ranah kriminal,"
katanya.
Soal preman dan lahan
parkir itu memang terjadi di banyak tempat. Pekan lalu, kepolisian dari
Polda Metro Jaya menangkap puluhan preman yang beroperasi di kawasan
Gelora Bung Karno Jakarta. Para preman ini memasang harga parkir Rp5000
tiap kendaraan. Padahal pengendara sudah membayar parkir resmi di pintu
masuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar