VIVAnews - Satu dekade
sudah tragedi Bom Kuningan berlalu. Namun, trauma yang dirasakan korban
dan keluarganya belum juga hilang. Selama 10 tahun, mereka berjuang
untuk bangkit dari rasa sakit yang ditorehkan karena hak hidupnya
dirampas teroris.
Inilah yang mendasari Komunitas Korban Bom
Terorisme menggelar peringatan satu dekade tragedi pengeboman 9
September 2004 bertajuk "Aksi Damai Indonesia Semesta".
Acara ini diselenggarakan untuk mengingatkan masyarakat bahwa aksi terorisme tidak dapat dibenarkan untuk alasan apapun.
"Kami
mewakili para korban Bom Kuningan dan keluarganya mengajak masyarakat
Indonesia terus dukung Gerakan Anti Terorisme dengan menyisihkan 5 menit
Anda untuk mengheningkan cipta pada tanggal 9 September 2014 untuk
memperingati tragedi, seraya berdoa agar kejadian tersebut tidak
terulang," ungkap Ketua Yayasan Penyintas Indonesia (YPI), Dwi Welasih,
dalam keterangan pers yang diterima VIVAnews.
Ledakan
bom memang tidak terjadi sekali di Indonesia. Terhitung sudah tiga bom
meledak dalam waktu berurutan. Mulai dari pengeboman Bali (2002), JW
Marriott (2003), dan Bom Kuningan (2004). Hal ini membuktikan ancaman
bom masih perlu diwaspadai.
Menurut Dwi, para korban memainkan
peran strategis dalam hal pemberantasan aksi radikal. Mereka membutuhkan
dukungan masyarakat baik moral dan material untuk memperkuat peran
tersebut.
"Para korban Bom Kuningan dan keluarganya adalah saksi
nyata betapa perjuangan untuk bangkit menghilangkan trauma dari tragedi
bom tidaklah mudah," kata Mulyono Sutrisman, Ketua Forum Kuningan. (one)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar