Jakarta (ANTARA
News) - Dirut PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan mengatakan,
anggaran subsidi bahan bakar minyak sebaiknya dialihkan ke sektor
lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur.
"Alokasi anggaran subsidi (BBM, red) yang besar telah mengurangi
alokasi anggaran untuk peningkatan pendidikan, kesehatan, dan
infrastruktur," katanya saat berpidato dalam forum Center for Strategic
and International Studies (CSIS) di Washington DC, AS seperti dikutip
dalam siaran pers di Jakarta, Kamis.
Forum itu mengetengahkan isu ketahanan energi yang berkelanjutan.
Karen menjadi CEO wanita pertama asal Indonesia yang berbicara dalam forum internasional tersebut.
Menurut dia, pengurangan subsidi BBM dan mengalihkannya ke sektor
lain yang lebih penting tersebut merupakan salah satu upaya mengurangi
ketergantungan terhadap minyak.
Ia mengatakan, subsidi BBM yang diperkenalkan pertama kali pada era 1960-an, rata-rata menyedot 20 persen APBN.
Pada 2013, subsidi BBM tercatat Rp193 triliun dengan kuota 46 juta kiloliter.
Meski, ia mengakui, pemerintah tidak mudah mengurangi subsidi tersebut.
Karen juga mengatakan, langkah pengurangan ketergantungan minyak
lainnya adalah mengalihkan ke sumber energi alternatif, seperti gas
alam, gas nonkonvensional, dan energi baru terbarukan.
Ia mencontohkan, gas metana batubara (CBM) merupakan gas nonkonvensional dengan cadangan terbesar ke-6 di dunia.
"Kami merencanakan investasi 1,5 miliar dolar AS untuk 200 sumur eksplorasi CBM dalam lima tahun ke depan," ujar Karen.
Selain itu, Indonesia memiliki energi alternatif lainnya yang
melimpah, namun belum termanfaatkan secara optimal seperti panas bumi
dan dan biofuel. (K007/S025)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar