Palembang (ANTARA News) - Wartawan Indonesia harus menumbuhkan semangat kebangsaan dan domokratisasi melalui pemberitaan, jangan sampai justru sebaliknya.

Berita yang dibuat wartawan dan disiarkan melalui media massa cetak maupun elektronik bisa mencerahkan, mendidik serta memberdayakan tetapi juga bisa memprovokatif yang mengarah kepada perpecahan persatuan dan kesatuan bangsa, kata Kasubdit Media Online Kementerian Komunikasi dan Informatika Hypolitus Layanan di Palembang, Sabtu.

Dalam kegiatan Bimbingan Teknis Public Service Obligation (PSO) Bidang Pers, di hadapan 20 redaktur, wartawan dan kontributor LKBN ANTARA Regional Sumbagsel, Hypolitus mengatakan wartawan memiliki peran yang besar dalam menjaga dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

"Saat ini dalam pemberitaan tidak cukup memenuhi unsur 5 W ( apa, siapa, mengapa, kapan dan di mana) dan 1 H (How/bagaimana) saja, tetapi juga harus memenuhi unsur 3 E (Education, Enpowering, Enlighting dan 1 N (Nasionalis/NKRI)," ujar dia.

Dia mencontohkan, jika terdapat suatu peristiwa konflik di suatu daerah, pemberitaan jangan hanya mengungkap peristiwa murninya saja tetapi juga harus memberikan muatan bagaimana solusi yang diinginkan kedua belah pihak dan pernyataan yang menyejukkan dari para pakar serta pihak berwenang.

Sementara Wakil Pemimpin Pelaksana Redaksi Internasional yang juga Ketua Tim PSO ANTARA Bambang Purwanto menambahkan, unsur 1 N dalam kaitan pemberitaan, bukan hanya menjaga terjadinya perpecahan bangsa, tetapi juga menjaga citra positif.

Wartawan yang berada di daerah relatif aman dari konflik, bisa berpartisipasi membuat berita yang dapat meningkatkan citra negara di luar negeri.

Selain itu bisa mengangkat potensi daerah menjadi bahan pemberitaan yang menarik bagi investor, sehingga sumber daya alam yang ada dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat serta menambah pendapatan negara, kata Bambang menjelaskan.