Jpnn
TIDAK hanya umat Islam yang mengecam film anti-Islam. Menteri Luar
Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton menyebut film Innocence of
Muslims yang dibuat orang Israel di AS, Sam Bacile, sebagai video yang
menjijikkan dan tercela.
Clinton menegaskan, pemerintah AS tidak ada hubungannya dengan film yang
dimaksud, merupakan pelecehan terhadap agama Islam dengan menggambarkan
Nabi Muhammad SAW sebagai sosok yang sangat negatif. "Film itu adalah
upaya sinisme untuk menyerang orang lain atas keyakinan relijiusnya.
Bagi kami, khususnya bagi saya secara personal, video ini benar-benar
menjijikkan dan sangat tercela. Nampaknya memang sengaja memiliki tujuan
menghina, untuk merendahkan sebuah agama yang besar dan memprovokasi
kemarahan," kata Clinton, Kamis (13/9).
"Pemerintah AS sama sekali tidak ada kaitannya dengan video ini. Kami
secara tegas menolak isi dan pesan video ini," imbuhnya. Meski
demikian, Clinton menyatakan semestinya film tersebut tidak dapat
dijadikan pembenaran untuk merusak fasilitas dan menyerang diplomat AS.
Sejauh ini, Clinton masih bungkam atas tuntutan para pengunjuk rasa
untuk menghukum para pembuat film itu.
AS tampak tak berdaya untuk menindak para pembuat film tersebut. Ini
dikarenakan adanya ketentuan tentang kebebasan yang dilindungi dalam
konstitusi negara AS yang telah ada sejak lama. “Saya tahu sulit bagi
sebagian orang untuk memahami bahwa AS tak bisa atau tidak begitu saja
mencegah video tercela seperti ini muncul ke permukaan. Dunia saat ini
dengan teknologi terkini, hal itu mustahil,” terang Clinton.
“Bahkan kalaupun mungkin, negara kami punya tradisi panjang kebebasan
berekspresi yang dilindungi dalam konstitusi dan hukum kami, dan kami
tidak bisa menghentikan setiap warga negara yang mengekspresikan
pandangan mereka sekalipun itu tidak disukai," tegas bekas ibu negara AS
tersebut.
Film tersebut menuai kontroversi karena telah merendahkan Islam dan Nabi
Muhammad SAW karena isinya mengambarkan kehidupan umat muslim sebagai
manusia tidak bermoral dan sarat kekerasan. Film tersebut juga
menyinggung Nabi Muhammad dan dibumbui dengan tema pedofilia dan
homoseksualitas, yang memperlihatkan Muhammad tidur dengan banyak
wanita.
Kepada Wall Street Journal, Sam Bacile yang disebut-sebut sebagai
sutradara film ini mengaku dirinya seorang warga negara Amerika
keturunan Israel dan mendapatkan sumbangan dari para penganut Yahudi
untuk biaya film ini. Namun, hingga saat ini keberadaan Bacile masih
misterius.
Seorang konsultan film AS, Steve Klein, menyebut bahwa Sam Bacile
merupakan nama samaran belaka. Tidak ada yang mengetahui secara pasti
identitas sutradara film itu. Film berbudget rendah ini telah memicu
unjuk rasa di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara.
Sejumlah kantor kedutaan besar (Kedubes) AS di Mesir, Libya, Yaman, dan
negara-negara lainnya diserbu demonstran bahkan hingga memakan korban
jiwa. Duta Besar AS di Libya Christopher Stevens beserta tiga staf
diplomatiknya tewas akibat serbuan demonstran di Benghazi, sedangkan
empat demonstran di Yaman tewas dan 30 orang terluka akibat tembakan
aparat polisi yang berusaha membubarkan massa.
Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi telah meminta maaf kepada Presiden
AS Barack Obama atas serangan terhadap Kedutaan Besar AS di Ibukota
Yaman, Sana"a. "Saya meminta maaf kepada Presiden AS Barack Obama dan
rakyat Amerika Serikat atas serangan agresif terhadap Kedutaan Besar AS
di Sana"a," kata Hadi di dalam pernyataan singkat sebagaimana dikutip
kantor berita Yaman, Saba.
Semua staf diplomatik di Kedutaan Besar AS di Sana"a telah diungsikan ke
satu tempat aman dan tak seorang pun cedera. Demonstrasi ratusan massa
juga dilakukan di depan Kedubes AS di Kuwait. Mereka membawa poster
anti Amerika, beberapa di antaranya bertuliskan, "Amerika hentikan omong
kosongmu. Hargai kami!" Demo serupa dilakukan di Bangladesh dan Iran.
Ratusan massa yang terdiri dari pelajar dan mahasiswa mendatangi kedubes
AS di kedua negara ini. Di Sudan, para ulama menyerukan demo
besar-besaran di depan Kedubes AS selepas shalat Jumat, kemarin. Di
Mesir, sedikitnya 224 orang cedera, Kamis (13/9), dalam bentrokan di
luar Kedutaan Besar AS di Ibukota Mesir, Kairo.
Pemrotes melemparkan bola dan batu ke arah anggota keamanan, yang
membalas dengan menembakkan banyak gas air mata sehingga membuat sesak
nafas sebagian pemrotes, bahkan termasuk beberapa pejalan kaki. Dinas
Ambulans Mesir menyatakan kebanyakan korban cedera dirawat di tempat
kejadian, sementara beberapa tentara dan pemrotes yang cedera telah
dibawa ke rumah sakit pemerintah yang berdekatan. (AP/AFP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar