TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Center
for Information and Development Studies (Cides), Rudi Wahyono,
mengatakan, selama dua pekan ke depan, cuaca di Indonesia bakal lebih
panas. Rudi mengatakan kondisi panas yang cenderung tinggi ini karena
adanya fenomena equinox. "Posisi matahari tepat di ekuator pada 21 Maret 2016," kata Rudi dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo, Senin, 21 Maret 2016.
Menurut Rudi, suhu rata-rata bumi pada Februari 2016 naik sebesar
0,6668 derajat Celsius. Citra suhu atmosfer pada 19 Maret 2016 bisa
menggambarkan bahwa suhu ekstrem panas terjadi di lautan Hindia,
Pasifik, dan daratan Asia Selatan.
Suhu yang cukup panas, kata
dia, akan terjadi di ujung Sumatera dari Aceh hingga Lampung dan
Kalimantan. Bahkan suhu di Medan bisa mencapai 35 derajat Celsius.
Namun, kata Rudi, panas ekstrem yang melanda Indonesia efeknya tak akan
separah India dan Pakistan pada 2015, yang sampai menelan korban jiwa.
"Indonesia beruntung karena dikelilingi lautan yang bisa menghambat laju
kenaikan suhu daratan," ujar Rudi.
Meskipun demikian, Rudi
tetap meminta masyarakat waspada. “Beraktivitas di luar antara pukul 10
sampai 3 sore berisiko untuk anak-anak dan manula, serta mereka yang
sensitif terhadap panas matahari,” tuturnya.
Peningkatan panas
selama dua pekan ke depan dapat menimbulkan gejala sakit, seperti sakit
kepala, mual, disorientasi, atau pusing yang lebih berat. Ancaman lain
dari peningkatan suhu juga akan mendorong terjadinya distribusi
geografis nyamuk berbahaya yang menyebabkan demam berdarah.
Rudi mengimbau agar masyarakat memakai tutup kepala jika bepergian pada
siang hari, juga meminum air lebih banyak untuk mengurangi risiko
terkena penyakit. Bahkan masyarakat diimbau untuk mengurangi aktivitas
di luar ruangan.
DANANG FIRMANTO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar