Elza Astari Retaduari - detikNews
Pati - Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut
pemerintah jangan memaksakan membangun infrastruktur jika perekonomian
sedang sulit. Apalagi jika pada akhirnya bantuan atau subsidi kepada
rakyat menjadi korbannya.
Hal tersebut disampaikannya saat
menerima audiensi kelompok masyarakat di Pati, Rabu (16/3/2016). Seorang
perwakilan kepala desa bernama Napionto mengeluhkan bagaimana aturan
dari pusat tumpang tindih dengan peraturan daerah sehingga membuat para
mereka kebingungan.
"UU Desa dengan Perda tumpang tindih terkait
dana yang dialokasikan, lalu bagaimana penerapan itu apakah sampai ke
desa. Di bidang pertanian, hasil dari kaum tani sangat memprihatinkan.
Kajian kami, kurangnya komunikasi dari pusat dan provinsi," ujar
Napianto.
Napianto menyatakan terima kasih kepada pemerintah yang
sudah memberikan traktor dan bantuan pertanian lain, termasuk subsidi
pupuk. Namun ia berharap agar pemerintah juga memberikan subsidi
pestisida bagi petani dan juga agar Pemda menindak tengkulak nakal.
"Terimakasih
kepada pemerintah, penyaluran pupuk sudah memenuhi target petani. Tapi
yang belum ada, subsidi pestisida karena pestisida mahal harganya
sehingga petani sangat kesulitan dalam produksi," tuturnya.
Dalam
kesempatan itu, SBY menyatakan kiranya agar peraturan di daerah tidak
menghambat regulasi atau kebijakan yang datang dari pusat. Disebutnya,
perlu ada koordinasi dan sinkronisasi agar tidak ada lagi tumpang tindih
yang akhirnya justru membuat rakyat bingung.
"Peraturan di bawah
itu tidak boleh menghambat. Pemerintahan yang baik itu kebijakan dan
regulasi yang diterbitkan termasuk dari menteri mengalir dan klop dengan
yang dilakukan di tingkat provinsi sampai di tingkat kab/kota. Jika
tidak akan sulit," terang SBY.
"Saya menyadari koordinasi kadang
tidak mudah tapi harus didisiplinkan, tidak boleh antar menteri pecah
kongsi, berantem. Apalagi di depan publik nanti rakyatnya bingung. Maka
perlu memastikan," sambungnya.
SBY juga menyebut bahwa jangan
sampai kebijakan pemerintah dalam membangun infrastruktur dapat
berdampak pada program-program yang langsung menyentuh masyarakat.
Seperti soal pemberian subsidi.
"Saya tidak setuju subsidi
dihilangkan semua untuk membangun infrastruktur semata-mata.
Infrastruktur sangat penting, di era saya juga begitu, kita bangun
besar-besaran. Jangan sampai APBN diserap habis, atau terlalu banyak
yang dibawa ke infrastruktur lantas untuk membantu rakyat kecil jadi
tidak ada," terang Ketum Partai Demokrat itu.
"Bapak ingin ada
subsidi pestisida setelah subsidi pupuk, silakan disampaikan ke Menkeu,
Mentan, menteri terkait. Saya tidak bisa menjawab sekarang karena saya
bukan lagi presiden, tapi nanti kami teruskan. Nanti biar para
menterinya mikir, presiden mikir dan itu harus karena untuk rakyat,"
tambah SBY.
Pada dasarnya PD mendukung program pembangunan
besar-besaran yang tengah dilakukan pemerintahan Presiden Jokowi. Hanya
saja SBY menyebut jangan sampai hajat besar tersebut melupakan
persoalan-persoalan kecil lainya.
"Demokrat mendukung kok untuk
pembangunan infrastruktur tapi saya ingatkan jangan sampai tidak ada
uang sama sekali untuk mengurangi kemiskinan. Soal tengkulak, pemda
harus memberatasnya," kata suami Ani Yudhoyono itu.
Hal senada
disampaikan SBY saat salah seorang perwakilan nelayan, Didik Mardiono,
mengeluhkan besarnya pajak yang harus dibayarnya agar kapalnya bisa
melaut. Menurut jenderal purnawirawan TNI tersebut, pajak jangan
digenjot habis-habisan saat perekonomian sulit untuk mendanai
pembangunan infrastruktur.
"Tolong bentuk kelompok kerja khusus
di partai supaya kita bisa posisi yang kuat terhadap solusi di sektor
kelautan dan perikanan terutama nelayan. Sehingga memperjuangkan ke
pemerintah kita kuat," pinta SBY kepada fungsionaris DPP PD yang ikut
dalam pertemua.
"Kita berharap peraturan yang realistis untuk
protect nelayan kita. Kita mengerti, bagus penenggelaman kapal asing,
itu penegakkan hukum. Kita juga begitu, cuma mungkin tidak demonstratif
menggunakan bahan peledak. Kita keras melindungi wilayah kita. Tapi
okelah itu bagus juga, hanya saja lebih bagus apabila urusan dalam
ditata lebih bagus," imbuhnya.
Mengenai penggunaan pajak, dalam
era kepemimpinannya SBY mengaku tidak pernah menguras habis dana yang
masuk demi pembangunan infrastruktur dalam kondisi yang sulit. Seperti
diketahui saat ini pemerintah memang sedang getol-getolnya membangun
infrastruktur, khususnya di daerah pedalaman.
"Yang mengerti
ekonomi kalau pajak dikuras habis ekonomi justu tidak tumbuh. Yang
penting yang wajib pajak jangan mangkir. Jangan digenjot habis-habisan
apalagi saat kondisi ekonomi sedang sulit, maka perusahaan bisa bangkrut
dan yang susah makin susah. Ekonomi sedang lesu, maka pajak harus pas,"
tukas SBY.
"Saya mengerti, bahwa kita butuh membangun
infrastruktur. Dermaga, jalan, saya juga setuju. Tapi kalau pengeluaran
sebanyak-banyaknya dari mana? Ya dari pajak sebanyak-banyaknya. Padahal
ekonomi sedang lesu," imbuh dia.
SBY punya saran sebagai mantan
presiden yang pernah memimpin Indonesia selama 10 tahun. Yakni dengan
mengurangi pengeluaran dari pemerintah. Ia menyatakan pembangunan besar
tidak semuanya harus selesai dalam waktu dekat.
"Kalau ekonomi
sedang lesu, dikurangi saja pengeluarannya. Bisa kita tunda tahun
depannya lagi, nggak ada keharusan harus selesai tahun ini. Indonesia
ada selamanya. Sehingga jika ekonomi lesu, tidak lagi bertambah
kesulitannya. Itu politik ekonomi," ujarnya.
Meski begitu SBY
juga mengingatkan kepada para wajib pajak untuk melunasi apa yang
menjadi kewajibannya. Dengan begitu pemasukan kepada negara menjadi
lebih besar dan pada akhirnya pembangunan infrastruktur dapat selaras
dengan program-program jangka pendek.
"Yang harus bayar,
bayarlah, jangan ngemplang, tapi jangan terus menguras lah. Kalau
dikuras terus menerus sampai tidak ada apa-apanya ya berhenti ekonomi.
Ini fundamental. Mbok ya kalau ekonomi sedang sulit, pembelanjaan
dikurangi. Nanti kalau naik lagi, tingkatkan lagi. Genjot lagi," beber
SBY.
Melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di bawah 5
persen, SBY memprediksi pemerintah kesulitan mencari dana untuk
pembangunan. Namun apapun kebijakan yang diambil Jokowi, PD mengaku
tetap mendukung meski akan terus mengoreksi jika memang ada yang tidak
tepat.
"Sekarang sedang sulit. (Pertumbuhan ekonomi) di bawah 5
persen kok. Ya ndak apa-apa, rakyat juga mengerti kok kalau dikurangi
sedikit. Tapi pemerintah Pak Jokowi masih ada, masih ada kesempatan.
Semoga beliau bisa memberi kebijakan dan solusi yang tepat untuk kita
semua," tutup SBY.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar