BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 06 Juli 2012

Kisah Bocah Penyemir Sepatu di Jakarta, Putus Sekolah Demi Sesuap Nasi

Prins David Saut - detikNews

Jakarta Masa kecil, libur sekolah semestinya bisa dinikmati dengan bermain dan bergembira. Mencari uang urusan orang dewasa. Tapi tidak dengan bocah-bocah penyemir sepatu dari Jakarta Utara.

Iwan (10) dan teman-temannya, biasa mangkal di Mapolres Jakarta Utara. Dan hari Jumat, adalah berkah bagi mereka. Mengapa? Karena di hari Jumat, kala umat Islam beribadah ke Masjid, saatnya bagi Iwan dan teman-temannya mencari pelanggan sebanyak-banyaknya.

"Om, semir sepatu Om," sapa Iwan kepada jamaah Masjid Madani yang datang ke Mapolres Jakarta Utara, Jl Yos Sudarso, Jakarta, Jumat (6/7/2012).

Menyemir sepatu bukan hal yang baru buat Iwan dan 4 rekannya. Sudah hampir satu bulan mereka melakoni pekerjaan halal ini. Sikat hitam, kain lap, dan obat semir hitam sudah siap di tangan.

Ketika pelanggan datang meminta jasa semir sepatu, Iwan gembira bukan kepalang. Rezeki yang dinanti datang. Lumayan, buat jajan adik dan bantu Ibu beli makanan.

Dengan cekatan dan sekali-kali bercanda, mereka melirik sepatu calon pelanggannya. Kemudian jika sepatu tersebut terbuat dari kulit, berwarna gelap, dan kurang bersih, maka anak-anak tersebut siap menawarkan jasanya kepada empunya sepatu tersebut.

Iwan dan temannya bernama Rafi, mengaku pekerjaannya sebagai semir sepatu dilakukan atas kemauan sendiri. Hasil semir pun bisa diraupnya sehari sebanyak Rp 30-50 ribu.

"Satu sepatu Rp 5.000, sehari bisa 6 sampai 10 sepatu," ujar Iwan sambil melirik rekannya Rafi.

Iwan dan Rafi biasa beroperasi menawarkan jasa semir sepatu di sekitar Koja, Kantor Bea Cukai, dan Polres Jakarta Utara. Keduanya pun, terpaksa meninggalkan bangku sekolah. Rafi yang baru berusia 9 tahun mengaku, sebenarnya menyesal tidak bisa bersekolah lagi. Tapi apa daya kemampuan ekonomi orang tua tidak mendukung.

"Saya sudah nggak sekolah lagi. Dulu saya sempat sekolah, tapi sudah setahun berhenti," kata Rafi.

Usai salat Jumat, Iwan dan Rafi mengembalikan sepatu kepada para pelanggan. Tentunya sepatu sudah kinclong dan bersih. Ah, uang lelah pun akhirnya masuk ke kantong. Lumayan, dapur Ibu kembali mengebul.

Tidak ada komentar: