VIVAnews --
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Kamis ini menghadiri puncak
peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional di Gedung Merdeka, Jalan
Asia Afrika, Bandung Jawa Barat. Momen ini akan dimanfaatkan Yudhoyono
untuk mendukung industri dirgantara nasional.
Menurut Kementrian Riset dan Teknologi, Harteknas ditetapkan pada 10 Agustus 1995 sebagai tonggak sejarah penerbangan perdana pesawat terbang N-250 Gatotkaca, produksi IPTN ketika itu. IPTN kini berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia.
Peringatan Harteknas ke-17 ini mengangkat tema "Inovasi untuk kemandirian bangsa" agar penelitian dan pengembangan iptek lebih bertumpu pada kebutuhan riil masyarakat.
Rangkaian kegiatan peringatan antara lain, pameran Ritech Expo, karnaval kreativitas Iptek, serta workshop dan talkshow iptek.
Menurut Kementrian Riset dan Teknologi, Harteknas ditetapkan pada 10 Agustus 1995 sebagai tonggak sejarah penerbangan perdana pesawat terbang N-250 Gatotkaca, produksi IPTN ketika itu. IPTN kini berganti nama menjadi PT Dirgantara Indonesia.
Peringatan Harteknas ke-17 ini mengangkat tema "Inovasi untuk kemandirian bangsa" agar penelitian dan pengembangan iptek lebih bertumpu pada kebutuhan riil masyarakat.
Rangkaian kegiatan peringatan antara lain, pameran Ritech Expo, karnaval kreativitas Iptek, serta workshop dan talkshow iptek.
N-250 Gatotkaca merupakan
andalan IPTN untuk merebut pasar pesawat di kelas 50-70 penumpang,
dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun
1995). Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di
Cengkareng. Namun akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah
krisis ekonomi 1997.
Pemasaran Lemah
Teknologi bangsa ini
sejatinya tak kalah dari bangsa lain. Masih terkait industri pesawat,
CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia bahkan telah diakui dunia. Pernah
dibeli Spanyol, salah satu negara Eropa.
Namun, produk Indonesia tak melejit. Salah satunya, menurut Wakil Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Tubagus Hasanuddin, karena pemasaran yang lemah.
“Kenapa justru para pejabat kita pada tidak mau pakai produk dalam negeri? Kalau para pejabat Korea dan Malaysia pakai CN-235, tapi presiden kita mana mau? Coba kalau presiden kita mau pakai CN-235 dan para menteri juga pakai pesawat itu, pasti orang lain menjadi yakin," kata dia. (ren)
Namun, produk Indonesia tak melejit. Salah satunya, menurut Wakil Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Tubagus Hasanuddin, karena pemasaran yang lemah.
“Kenapa justru para pejabat kita pada tidak mau pakai produk dalam negeri? Kalau para pejabat Korea dan Malaysia pakai CN-235, tapi presiden kita mana mau? Coba kalau presiden kita mau pakai CN-235 dan para menteri juga pakai pesawat itu, pasti orang lain menjadi yakin," kata dia. (ren)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar