Jakarta (ANTARA
News) - Sosiolog dari Institute for Social Empowerment and Democracy
Musni Umar mengatakan pemerintah harus mulai mengutamakan pencegahan
terjadinya kerusuhan dalam masyarakat akibat isu SARA (Suku, Agama, Ras,
dan Antargolongan) dengan melakukan pembinaan.
"Selama ini bila sudah terjadi kerusuhan pemerintah baru bertindak,
ini hanya bersifat kuratif. Hal itu harus diubah, pemerintah harus
mengutamakan pencegahan dengan melakukan pembinaan," kata dia saat
dihubungi di Jakarta, Rabu.
Menurut Musni pembinaan oleh pemerintah akan bermanfaat untuk
mencegah terulangnya pertikaian dan tindak kekerasan dalam masyarakat
yang sarat dengan isu SARA.
"Pembinaan dari pemerintah itu sangat penting untuk memandu
masyarakat agar tidak berjalan sendiri dan menjadi `liar". Pembinaan ini
juga harus dilakukan terus-menerus dengan menanamkan nilai-nilai
kebangsaan," ujarnya.
Dia berpendapat keterlibatan pemerintah dalam membina masyarakat
sangat penting karena akan lebih efektif dalam membangun kepribadian
masyarakat Indonesia yang lebih baik.
"Dalam keadaan transisi seperti ini, pendekatan `informal leader`,
tidak lagi memberi hasil nyata. Yang efektif itu kalau pemerintah
berada di garda terdepan dalam membangun kepercayaan masyarakat untuk
memberikan pencerahan," katanya.
lebih lanjut dikatakannya pembinaan tersebut haruslah dilakukan
dengan pendekatan yang manusiawi agar tidak terjadi penolakan oleh
masyarakat.
Dia menambahkan pemerintah harus meningkatkan kepedulian dan menjadi bagian dari masyarakat ketika melakukan pembinaan itu.
"Para apatur khususnya dari kementerian agama dan kementerian
pendidikan dan kebudayaan harus mau turun untuk berkomunikasi langsung
dengan masyarakat. Tidak hanya itu mereka harus memberi pertolongan bila
diperlukan," kata dia.
Dia menjelaskan, dari segi pendidikan, Kemendikbud dapat memberikan
pengayaan kepada para guru untuk lebih membina kepribadian siswa dan
tidak hanya berfokus pada hal-hal akademis.
"Saya rasa murid-murid sekarang ini kurang dibina dalam hal
perilaku, kesopanan, dan kepedulian pada masyarakat maka tidak heran
bila sering terjadi tawuran. Guru dan sekolah sebaiknya dikontrol agar
tidak hanya mementingkan nilai akademis," ujarnya.
Musni berharap pemerintah segera terlibat untuk melakukan pembinaan
kepada masyarakat agar kerusuhan dan kekerasan dalam masyarakat tidak
terulang lagi.
"Kalau pemerintah tidak segera melakukan perubahan dengan keadaan
ini maka semakin lama kekerasan seperti penyerangan di Sampang akan
menjadi "budaya" yang sulit dihilangkan," katanya.
Pada 26 Agustus terjadi peristiwa penyerangan terhadap kelompok
masyarakat Islam aliran Syiah di Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben,
Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur.
(SDP-50/Z003)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar