Blog ini merupakan kumpulan berita dari berbagai media elektronik, terutama yang berkaitan dengan langkah-langkah nyata dari seseorang/lembaga dalam rangka menegakan kebenaran, dan semoga blog ini akan berguna bagi pembaca.
BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN
Senin, 22 Juni 2015
Ahli Ungkap Bahasa Tubuh Margriet dan Agus
VIVA.co.id - Ibu angkat Engeline, Margriet Megawe, sempat berbicara di tvOne, sebelum bocah usia delapan tahun itu ditemukan meninggal dunia pada Rabu 10 Juni 2015.
Psikolog dan Ahli Mikro Ekspresi, Poppy Amalya, mengungkap arti bahasa tubuh dari Margriet dalam menyampaikan kesaksiannya tersebut.
"Bahasa tubuh terlihat hati-hati, dan di-back up oleh anaknya. Yang jelas, dia membutuhkan kekuatan, sebelah kiri ada anak, pegangan tangan. Kalimat yang diucapkan benar-benar detail," kata Poppy dalam perbincangan dengan tvOne, Minggu 21 Juni 2015.
Apakah ada kesan takut? Poppy menilai, ekspresi wajah Margriet memang cenderung ada kemurungan dan kesedihan. Namun, dia menangkap wanita tua tersebut butuh kekuatan.
"Butuh power, tangan digendam erat (anaknya). Pas bicara, ada statement yang diulang. Dia memikirkan sekali, dia terlihat tegang," ujar dia.
Poppy mengakui, apa yang disampaikan Margriet konsisten. Namun, dia berpendapat, jika keterangan yang disampaikannya berubah-ubah, seperti Agus Tai Andamai, maka dia justru bisa jadi tersangka pembunuh Engeline.
"Dia pasti harus bertahan, apa pun hasilnya. Kalau si A ini bisa berubah-ubah. Dan, kalau dia memiliki bukti bahwa ia bukan pelakuknya, dia cuma membantu, dia bisa bebas," tuturnya.
Melihat ke Kiri
Lantas bagaimana dengan Agus? Poppy menangkap satu fakta tentang Agus yang juga melakukan wawancara dengan tvOne, sebelum Engeline ditemukan meninggal dunia.
"Matanya dia melihat ke kiri. Fakta itu tidak bisa direkayasa, gerakan mata tak bisa direkayasa. Ketika dia mengatakan berdarah-darah, mata melihat ke kiri, itu fakta bahwa dia melihat Engeline dipukul. Statement Agus itu benar," ujar Poppy.
Menurut Poppy, Agus melihat bahwa satu hari sebelum hilang, ada pemukuan, atau kekerasan yang dialami oleh Engeline. "Itu fakta. Lalu, besoknya tidak ada," tegas dia.
Kemudian, Agus dalam wawancara itu terlihat mengeluarkan lidahnya. Poppy mengartikan, ada emosi yang tidak ingin dia sampaikan. "Dia tidak mau menceritakan suatu peristiwa yang dia lihat," katanya.
Terakhir, Poppy menyoroti temuan penyidik bahwa tubuh Engeline ternyata dipenuhi oleh sundutan rokok.
"Begitu dendamnya sampai disundut rokok. Kalau mau memastikan sudah mati, atau belum, digini-giniin (tangan ditempel ke pipi) kan cukup."
Engeline, bocah perempuan berusia delapan tahun itu dilaporkan hilang sejak 16 Mei 2015. Hingga akhirnya pada Rabu 10 Juni 2015, polisi menemukan Engeline dikubur di pekarangan rumah ibu asuhnya, Margriet, di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Bali, dalam kondisi meninggal daan jasad yang mengenaskan.
Polisi hingga kini baru menetapkan Agus Tai Andamai sebagai tersangka pembunuhan Engeline. Sedangkan sang ibu angkat, Margriet Megawe, baru tersangka kasus penelantaran anak. (asp)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar