VIVA.co.id - Presiden Joko
Widodo meninjau pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada Rabu, 17 Juni
2015. Namun Jokowi marah ketika di lapangan yang ia lihat tak sesuai
harapan, terutama masalah waktu tunggu kapal (dwelling time).
"Kita termasuk yang terlama," kata Presiden saat peninjauan di ruang pantauan terpadu.
Menurut
Kepala Negara, satu-satunya kendala adalah yang melayani tidak mau
cepat. Tak ada perubahan sejak dia meninjau Tanjung Priok di awal
memerintah.
"Ini menyangkut 18 kementerian lembaga yang semuanya berada di Tanjung Priok ini. Banyak sekali," katanya.
Menurut Jokowi, kini fasilitas sudah cukup baik, tapi masalahnya waktu tunggu kapal yang masih terlalu lama.
Setelah
melakukan peninjauan, Jokowi mengajak Menteri Koordinator Maritim
Indroyono Susilo, Dirjen Perhubungan Laut, Dirjen Bea Cukai dan Dirut
Pelindo II Richard Jorge Lino untuk melakukan rapat di kantor Pelindo
II.
Dalam rapat itu, Jokowi marah besar dan menekankan pelayanan
secepat-cepatnya dan tak ingin ada lagi waktu tunggu kapal yang terlalu
lama.
"Urusan kita adalah urusan melayani, kita sebagai institusi
pemerintah baik di kementerian dan lembaga. Saya hanya ingin kita bisa
mendekati dwelling time negara-negara tetangga kita," kata Jokowi kepada
mereka.
Menurutnya, Indonesia sudah sangat lama melakukan
praktik dwelling time yang tak ringkas. Ada yang tiga hari, 20 hari,
bahkan 25 hari.
"Itu yang harus diselesaikan, entah urusan dengan
karantina, perdagangan, saya enggak mau tahu. Saya ingin mendekati
negara-negara tetangga," ujarnya.
Menurut Jokowi negara mengalami kerugian besar senilai Rp780 triliun akibat waktu tunggu yang terlalu lama.
Jokowi
mulai marah ketika pada saat peninjauan dia selalu dilaporkan hal-hal
yang baik. Padahal, masih banyak masalah yang harus dilaporkan sehingga
dapat diselesaikan.
"Saya jangan diceritain yang baik-baik. Saya
tadi tanya tiga kali hal yang tidak baik, siapa paling lambat, instansi
mana yang paling lambat. Kita harus perbaiki, bukan buat apa-apa,"
ujarnya.
Copot pejabat
Dalam rapat itu,
Jokowi protes ketika dia bertanya hal apa yang masih kurang, namun tidak
ada yang menjawab. Itu membuat Jokowi marah besar. Meski tidak dengan
nada tinggi, Jokowi mengancam akan mencopot semua pejabat yang berkaitan
dengan pelabuhan.
"Kita harus terbuka. Saya tanya enggak ada
jawabannya, ya, saya cari sendiri jawabannya dengan cara saya. Kalau
sulit, bisa saja dirjennya saya copot, pelaku di lapangan saya copot,
bisa juga menterinya yang saya copot," katanya.
Jokowi meminta
kalau ada masalah segera dilaporkan kepadanya. Pemerintah pun bisa
segera memberikan fasilitas yang diperlukan untuk memperbaiki kekurangan
itu.
"Artinya kalau ada sesuatu, sampaikan, (misalnya) Pak,
kalau saya ada seperti ini, tetapi saya butuh ini. Itu yang saya
butuhkan," ujarnya.
Jokowi memberikan waktu lagi kepada mereka
untuk memperbaiki dwelling time. "Nanti semuanya akan saya cek di
lapangan dengan cara saya sendiri.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar