Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan
Djalil mengatakan, surplus neraca perdagangan Mei 2015 senilai 0,95
miliar dolar Amerika Serikat (AS) tidak akan bertahan lama karena adanya
peningkatan impor.
"Dalam waktu yang tidak lama, masalah surplus itu akan hilang, bahkan mungkin kita akan run
defisit karena kita sedang membangun. Kita impor barang modal, perlu
waktu sampai kita mengekspor kembali," katanya usai konferensi pers di
Gedung Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan, peningkatan impor barang modal salah satunya
dipengaruhi dengan upaya pemerintah menggenjot pembangunan
infrastruktur.
"Begitu kita banyak banngun infra kita akan lebih banyak impor
barang-barang modal, begitu investasi direalisir, maka akan lebih banyak
mengimpor barang-barang modal," ujarnya.
Ia mengatakan, ekpor dapat melemah jika permintaan dunia juga melemah.
Pembangunan cepat, menurut dia, akan membutuhkan barang modal yang lebih banyak sehingga aktivitas impor akan meningkat.
"Bulan Mei data impor dan ekspor kita itu menurun, dan itu adalah
sejalan juga kontraksi kita lihat dalam perdagangan internasional yang
dialami oleh berbagai negara karena pertumbuhan Tiongkok yang menurun,
Eropa yang lebih rendah sehingga terjadi kontraksi perdagangan
internasional, dan juga pada angka ekspor dan impor kita," tuturnya.
Pertumbuhan ekspor, dikemukakannya, menurun karena saat ini harga
komoditas rendah, seperti karet dan sawit, dan pendapatan masyarakat
yang bergantung pada komoditas juga berkurang.
"Sekarang daya beli masyarakat kurang karena jatuhnya harga komoditas itu," ujarnya.
Untuk itu, ia mengatakan, Pemerintah Indonesia tidak dapat berbuat
banyak dengan faktor eksternal yang berupa jatuhnya harga komoditas,
namun berusaha untuk memperbaiki faktor internal melalui percepatan
pembiayaan (spending) program pemerintah yang diperoleh dari dana masyarakat yang dikumpulkan.
"Masalah internal yang harus kita perbaiki. Masalah internal itu bagaimana kita percepat spending pemerintah. Itu yang harus sesegera mungkin ditingkatkan, karena spending pemerintah itu adalah salah satu yang meningkatkan daya beli masyarakat," katanya.
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai neraca
perdagangan Indonesia Mei 2015 mengalami surplus 0,95 miliar dolar AS
yang dipicu oleh surplus sektor nonmigas senilai 1,66 miliar dolar AS,
walaupun sektor migas defisit 0,71 miliar dolar AS.
Nilai ekspor Indonesia Mei 2015 mencapai 12,56 miliar dolar AS atau
mengalami penurunan senilai 4,11 persen dibanding ekspor April 2015, dan
bila dibanding Mei 2014 mengalami penurunan sebesar 15,24 persen.
Sementara itu, BPS juga mencatat, nilai impor Indonesia Mei 2015
mencapai 11,61 miliar dolar AS atau turun senilai 8,05 persen dibanding
April 2015.
Jika dibandingkan dengan Mei 2014, maka nilai impor Indonesia Mei 2015 turun 21,40 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar