BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 17 Juni 2011

UMKM Minta Jangan Dijerat Bunga Tinggi

RMOL. Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) kurang setuju jika dikatakan hanya pengusaha wanita yang kesulitan mendapat kredit perbankan. Jika mau jujur, apapun gendernya, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) selalu kesulitan mengakses kredit perbankan.

Kesulitan lainnya, sektor mikro cenderung mendapatkan  suku bunga kredit yang relatif tinggi.

“Pengusaha wanita yang ber­gerak di UMKM pangsa pasarnya sangat besar. Mereka sangat potesial menjadi klien perbankan. Tapi bicara UMKM, nggak hanya wanita, seluruh UMKM masih sa­ngat sulit mendapatkan akses kre­dit perbankan,” curhat Ketua Umum Iwapi Rina Fahmi Idris ke­pada Rakyat Merdeka di Ja­karta, kemarin.

Jika perbankan beralasan ma­yoritas UMKM belum memenuhi per­sayaratan untuk mendapat kre­dit, lanjut Rina, sampai ka­pan pun pengusaha di Indo­nesia tidak akan bisa tumbuh.

“Mana ada pengusaha lang­sung besar omsetnya. Ya pasti mere­ka dari mikro dulu. Saat ini ada 40 juta UMKM belum ter-co­ver perbankan,” katanya.

Untuk itu, dia memperta­nya­kan keberpihakan perbankan ter­hadap UMKM. Patut diper­tanya­kan pula komitmen perbankan pada program pemerintah untuk me­wujudkan masyarakat ber­wirausaha.

Rina berharap adanya kete­gasan dari pemerintah terhadap per­bankan soal akses kredit dan suku bunga bunganya.

“Bank BUMN itu kan bisa dibilang paling mapan infra­struktur­nya. Pemerintah harus­nya bisa mematok bank Ba­dan Usaha Milik Negara (BUMN) membuat suku bunga khu­sus untuk UMKM,” terang dia.

“Harus ada perlakukan khusus kepada UMKM. Pemerintah kan lagi mendorong GKN (gerakan kewirausahaan nasional), kepa­da mahasiswa dan pengu­saha mikro. Ya harus tegas dong, pa­tok saja bunga khusus untuk kredit mikro Bank BUMN,” pintanya.

Putri bekas Menteri per­in­dustrian Fahmi Idris ini me­nga­mini, jika bunga bank pelat merah besarannya dipatok pe­me­rintah, mereka pasti akan protes.

“Tapi ini demi masyarakat In­donesia. Kalau pemerintah ber­pihak, maka akan ada ratusan juta masyarakat yang bersorak,” jelasnya.

Ia juga mengkritisi program pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang bunganya masih tinggi. Saat ini bunga KUR mikro dipatok 22 persen, se­dang­­kan pinjaman Rp 5 juta hingga Rp 500 juta dipatok 14 persen.

“Jadi kita benar-benar meng­ingin­kan kredit yang mudah, mu­rah dari perbankan, pemerintah bisa mewujudkan itu,” tandasnya.

Wakil Direktur Utama Bank Man­diri Riswinandi me­nuturkan, penurunan suku bunga kredit UMKM tinggal menunggu wak­tu. Pasalnya, dengan adanya ke­bijakan Suku Bunga Da­sar Kredit (SBDK) yang di­lansir bank sen‑­tral, perbankan mulai menge­tatkan suku bunga kredit.

“Mandiri arahnya me­mang cenderung menurunkan suku bunga kredit. Selama ini ke­luhan UMKM atas tingginya bunga kredit itu karena tingginya biaya yang harus kita keluarkan. Tapi nanti pasti akan diturunkan bu­nganya,” janji Riswinandi.

Deputi Kementerian BUMN Bidang Jasa Parikesit Suprapto mengatakan, pemerintah melalui Ke­menterian BUMN tidak dapat mematok bunga kredit perban­kan seenak­nya.

“Tidak bisa kita seperti itu. Itu coor­porate action, yang menjadi wi­layah perbankan,” kata Pari­ke­sit kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia menegaskan, yang mampu mematok suku bunga hanya Bank Indonesia (BI) selaku otoritas perbankan atau dari bank ber­sangkutan.

“Dari kementerian hanya bisa mengimbau agar perbankan BUMN melakukan efisiensi. Kita mendorong agar suku bunga kre­dit UMKM single digit melalui efisiensi biaya operasional,” ka­ta Parikesit.   [rm]

Tidak ada komentar: