BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 17 Juni 2011

Atasi Pengangguran Jangan Cuma Omdo

RMOL. Upaya Pemprov DKI Jakarta mengatasi masalah pengangguran, diminta tidak sekadar  cuma omongan doang.

Menurut pengamat sosial dari serikat rakyat miskin Indonesia (SRMI) Marlo Sitompul, yang dilakukan pemprov selama ini terkesan hanya banyak bicara, tanpa menunjukkan kinerja maksimal.

Dia menegaskan, jika rencana tersebut dilakukan dengan baik, tentu akan sangat membantu me­ngurangi tingkat pengang­guran di Ja­karta. Karena keterampilan dan keahlilan bisa membuat orang menjadi kreatif dan memiliki ke­ahlian, sehingga bisa dipro­mo­sikan ke industri-industri, Usaha Kecil Menengah (UKM). Bahkan bisa membuka usaha sendiri seperti home industry.

“Ini harusnya yang menjadi perhatian pemrov, mengajarkan orang kepada usaha yang lebih mandiri dan bisa menyediakan modal usaha,” tegas Marlo ke­pada Rakyat Merdeka.

Tanpa ingin terlalu jauh me­nilai rencana Pemprov DKI, dia menyatakan masih me­nunggu, apakah rencana tersebut bisa di­laksanakan. Karena kalau hanya reto­rika, ini harus men­jadi bahan eva­luasi bagi Guber­nur DKI Jakarta.

Marlo mengingatkan, agar ja­ngan mudah mengklaim jumlah pe­ngangguran di Jakarta me­nu­run. Sebab, laju masyarakat di Ja­­karta terus meningkat. Di­tambah lagi usai Ujian Nasional (UN), di mana adanya lulusan SMA.

Hal ini dia nilai meng­ha­silkan pencari kerja baru dan pengang­guran ba­ru bagi yang tidak men­dapatkan pekerjaan dan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.

Dia berharap, agar penyele­saian pengangguran tidak ha­nya disele­saikan oleh Dinas Te­naga Kerja dan Transmigrasi DKI Jakarta.

“Semua pihak harus bergerak, mulai dari Ke­menterian Tenaga Kerja dan Tran­smigrasi, Dinas Pendidikan DKI, Dinas Sosial maupun UKM,” tandasnya.

Pengamat tenaga kerja Zainal Abidin me­nga­takan, pengang­guran terjadi karena timpangnya program pembangunan antara ibukota dengan daerah lainnya. Hal ini  membuat warga yang ber­­domisili di daerah, berbon­dong-bondong ke Jakarta untuk men­cari nafkah.

Kondisi ini, kata Marlo, mem­buat Pemprov DKI Jakarta kewa­lahan menyalurkan para calon tenaga kerja. Terlebih dari jumlah calon pencari kerja hampir sekitar 60 per­sen hanya lulusan Sekolah Dasar (SD). Sehingga sulit ber­saing dan memperoleh pekerjaan formal.

“Kebanyakan mereka bekerja di sektor informal di mana upahnya sangat minim,” katanya.   [rm]

Tidak ada komentar: