BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Minggu, 20 November 2011

Terjadi dari Atas Hingga Bawah, Korupsi 'Sudah' Dianggap Wajar

Restika Ayu Prasasty - detikNews

Jakarta - Korupsi semakin lama dianggap wajar dan biasa. Sebab korupsi sudah sistemik dan menggurita. Dari pejabat atas hingga bawah banyak yang melakukan praktik ini. Menyedihkan!

"Pusat kekuasan ada di kepala bukan di ekor. Korupsi sudah sistemik, menggurita, dianggap wajar dan biasa. Jadi jangan heran kalau korupsi itu dari atas sampai bawah. Karena korupsi sudah dianggap wajar dan biasa," kata tokoh agama Romo Benny Soesatyo.

Hal itu disampaikan dia dalam peluncuran buku 'Perang-perangan Melawan Korupsi' di Bumbu Desa Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (20/11/2011).

Menurut dia, perang korupsi hanya akan menjadi wacana apabila pemerintah tidak sungguh-sungguh memberantas korupsi. Apalagi Indonesia ternyata masih memegang kultur feodal. Karena itulah pemberantasan korupsi hanya akan sampai tingkat bawah, tapi orang-orang yang berada di atas tidak tersentuh sama sekali.

"Kekuasaan dan korupsi hanya dapat menjadikan masyarakat miskin dan bodoh. Untuk itu dibutuhkan adanya komitmen dan political will untuk memberantas korupsi," sambung Romo Benny.

Korupsi, sambung dia, tidak bisa diselesaikan secara cepat dan dalam waktu yang singkat. Harus butuh proses yang lama. Pemberantasan korupsi yang sistemik pun harus sistemik dengan memperkuat sistem-sistemnya seperti KPK dan kejaksaan.

Sementara itu aktivis hukum Ahmad Rivai mengatakan, selama ini digembar-gemborkan upaya melawan korupsi, namun tidak pernah jelas siapa lawannya. Korupsi itu sudah merasuki seluruh strata di Indonesia. Banyak orang dari partai-partai besar ditengarai melakukan korupsi. KPK tidak akan bisa memberantas korupsi dalam waktu singkat jika pelakunya sangat banyak.

"Butuh waktu, butuh proses. Contohnya kasus Andi Nurpati, sudah ada indikasi tentang kasusnya, tetapi kasusnya maju mundur nggak jelas. Sepertinya ada tangan raksasa yang tidak kelihatan yang membuat KPK dan jaksa seperti diinjak-injak," ujar Rivai.

Sebenarnya, imbuh dia, pemberantasan korupsi adalah pekerjaan gampang. Caranya adalah dengan menebang aktor yang besar.

"Jangan cuma yang kecil. Jadi diungkap siapa di belakang Nazaruddin, di belakang kasus Kemenakertrans dan kasus Bank Century," sambung Rivai.

Tidak ada komentar: