Pewarta: Zubi Mahrofi
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta pada Senin sore bergerak menguat sebesar 47 poin menjadi
Rp13.084, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.131 per dolar AS.
"Pendorong utama dari kenaikan mata uang rupiah saat ini adalah meningkatnya kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia, sehingga memicu arus modal asing masuk cukup deras sejak Februari tahun ini di saham maupun obligasi negara," kata Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan bahwa sejak awal tahun ini hingga awal Maret 2016, arus modal asing masuk ke dalam negeri sekitar Rp35 triliun, baik di pasar saham maupun surat utang atau obligasi.
Dia menambahkan penguatan nilai tukar rupiah juga dipengaruhi oleh kemungkinan ditundanya kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate).
Kendati demikian, ia menilai bahwa penguatan mata uang rupiah dalam beberapa hari terakhir ini terlalu singkat, kondisi itu dapat mempengaruhi daya saing kinerja ekspor Indonesia.
"Fluktuasi nilai tukar rupiah diharapkan stabil, diperkirakan pergerakan rupiah pada Maret ini berada di kisaran Rp13.000-Rp13.300 per dolar AS," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa penurunan upah pekerja di Amerika Serikat meredam pandangan pelaku pasar terhadap bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.
Ia mengemukakan bahwa Departemen Tenaga Kerja AS mencatat rata-rata upah per jam turun tiga sen pada Februari, kalangan analis menilai penurunan upah di AS itu mengindikasikan laju inflasi akan tetap lemah.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.029 dibandingkan hari sebelumnya (4/3) Rp13.159.
"Pendorong utama dari kenaikan mata uang rupiah saat ini adalah meningkatnya kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia, sehingga memicu arus modal asing masuk cukup deras sejak Februari tahun ini di saham maupun obligasi negara," kata Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Senin.
Ia mengemukakan bahwa sejak awal tahun ini hingga awal Maret 2016, arus modal asing masuk ke dalam negeri sekitar Rp35 triliun, baik di pasar saham maupun surat utang atau obligasi.
Dia menambahkan penguatan nilai tukar rupiah juga dipengaruhi oleh kemungkinan ditundanya kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate).
Kendati demikian, ia menilai bahwa penguatan mata uang rupiah dalam beberapa hari terakhir ini terlalu singkat, kondisi itu dapat mempengaruhi daya saing kinerja ekspor Indonesia.
"Fluktuasi nilai tukar rupiah diharapkan stabil, diperkirakan pergerakan rupiah pada Maret ini berada di kisaran Rp13.000-Rp13.300 per dolar AS," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa penurunan upah pekerja di Amerika Serikat meredam pandangan pelaku pasar terhadap bank sentral AS untuk menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat.
Ia mengemukakan bahwa Departemen Tenaga Kerja AS mencatat rata-rata upah per jam turun tiga sen pada Februari, kalangan analis menilai penurunan upah di AS itu mengindikasikan laju inflasi akan tetap lemah.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.029 dibandingkan hari sebelumnya (4/3) Rp13.159.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar