BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Selasa, 13 Desember 2011

Kisah Terungkapnya Duit Rp 100 Juta Berbalut Kue Kelapa

Moksa Hutasoit - detikNews

Jakarta - Mantan Bupati Nias Selatan, Fuhuwusa Laia, mencoba menyuap anggota KPU sebesar Rp 100 juta. Inilah kisah menarik bagaimana sampai duit yang dibalut bungkusan kue kelapa itu terungkap.

Anggota KPU yang hendak disuap adalah Saut Hamonangan Sirait. Fuhuwusa mencoba menyuap supaya ia bisa disahkan kembali sebagai calon Bupati Nias Selatan periode selanjutnya.

Fuhuwusa bersama istri dan kerabatnya, pada 13 Oktober 2011 lalu, datang ke kantor Saut di Jl Imam Bonjol. Selama 1,5 jam, Fuhuwusa bercerita mengenai pencalonan dirinya yang dianulir oleh KPU Sumut.

Sekedar diketahui, KPU Sumut menemui kejanggalan dalam syarat pencalonan Fuhuwusa. Kejanggalan yang dimaksud ada pada ijazah SMU milik Fuhuwusa.

Nah, diakhir pertemuan Fuhuwusa menceritakan mengenai kelezatan roti kelapa Nias.

"Nias Selatan itu terkenal roti kelapa yang enak," ujar Saut menirukan perkataan Fuhuwusa.

Saut menceritakan itu saat bersaksi di Pengadilan Tipikor, Jl HR Rasuna Said, Jaksel, Selasa (13/12/2011).

Namun cerita itu tidak ditanggapi oleh Saut. Menjelang kepergiannya, Fuhuwusa kemudian memberikan bingkisan kue kelapa yang dibungkus dalam oleh kain batik.

Bungkusan itu diletakkan begitu saja di atas meja di ruang kerja Saut. Saut kemudian mengantarkan Fuhuwusa ke parkiran.

Tidak berapa lama setelah itu, diantar oleh sopir, Saut pergi ke kawasan Matraman. Di tengah perjalanan, Saut menyuruh sopirnya untuk mencicipi kue yang diberikan Fuhuwusa.

Saat dijemput kembali, tanpa ada perasaan curiga, Saut menanyakan rasa kue itu kepada sopirnya. Saut kaget mendapat reaksi negatif dari sopirnya.

"Apa maksudnya bapak?" jawab sopir saat itu dengan ketus.

"Loh, nggak enak toh?" tanya lagi Saut.

Saut kemudian melihat ke jok belakang tas yang sempat diberikan Fuhuwusa. Sang sopir pun juga akhirnya menceritakan apa yang sebenarnya ada di dalam tas tersebut.

"Di dalamnya ada duit Rp 100 juta," jelas sopir.

"Pak, sampai sekarang lutut saya masih lemes," lanjut sopir tersebut.

Saut yang hari itu juga langsung ke Medan menitipkan duit ini kepada sopirnya. "Saya bisa percaya kamu? Kalau gitu simpan duit ini," pinta Saut.

Selama di Medan, Saut mengaku bingung dengan duit tersebut. Ia memiliki dua opsi, mengembalikan duit ini kepada Fuhuwusa atau serahkan kepada KPK.

Saut pun memilih opsi yang terakhir, menyerahkan kepada KPK. Keyakinan itu diperkuat setelah ia berbincang dengan anggota Satgas Pemberantasan Mafia Hukum, Mas Achmad Santosa yang bertemu di Bandara Polonia, Medan.

"15 Oktober saya serahkan kepada KPK," tegasnya.

Tidak ada komentar: