Pewarta: Satyagraha
Jakarta (ANTARA
News) - Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, pemerintah menyiapkan
beberapa kebijakan mitigasi jangka pendek dan jangka panjang, untuk
mengatasi perlambatan ekonomi akibat ketidakpastian perekonomian global.
"Pemerintah menyiapkan kebijakan untuk memitigasi perlambatan
ekonomi dan `market volatility`," ujarnya dalam pemaparan di Jakarta,
Selasa malam.
Chatib mengatakan, kebijakan jangka pendek untuk memitigasi
ketidakpastian perekonomian global antara lain mendorong realisasi
sumber pembiayaan berdenominasi valas dengan penerbitan Surat Utang
Negara (SUN) dan meningkatkan partisipasi bank BUMN dalam menjaga
likuiditas.
Kebijakan lainnya adalah pemerintah memberikan sinyal positif
melalui peningkatan ruang fiskal pada RAPBN 2014 untuk transportasi
publik, infrastruktur dan jaminan sosial serta memperkuat langkah
koordinasi untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.
"Pemerintah juga menyiapkan aktifasi `Bond Stabilization Framework`
antara lain melalui peningkatan koordinasi dengan Kementerian BUMN dan
BUMN terkait," kata Chatib.
Sedangkan, kebijakan jangka menengah-panjang yang disiapkan
pemerintah adalah berupaya memperbaiki defisit transaksi berjalan dengan
mendorong peningkatan ekspor dan mengelola impor serta memperbaiki
iklim investasi.
"Upaya yang dilakukan adalah melalui pemberian instrumen fiskal
berupa revisi `tax allowance` dengan penyederhanaan prosedur dan `tax
holiday` dengan penambahan sektor, relaksasi jangka waktu dan minimum
investasi," katanya.
Chatib menambahkan kebijakan jangka menengah-panjang lainnya
adalah implementasi penerapan kebijakan makroprudensial untuk mengurangi
volatilitas serta kerentanan perekonomian nasional atas gejolak dari
eksternal.
Sementara, ia melanjutkan, kebijakan mitigasi lain untuk mengatasi
perlambatan ekonomi yang disiapkan pemerintah adalah melaksanakan upaya
untuk optimalisasi dan mempercepat penyerapan anggaran belanja.
"Kami akan melakukan perbaikan sistem penganggaran,
menyederhanakan mekanisme proses bisnis, meningkatkan fleksibilitas K/L
dalam pelaksanaan anggaran dan menerapkan sistem `reward and
punishment`," kata Chatib.
Chatib memastikan kebijakan ini dilakukan agar pertumbuhan ekonomi
Indonesia tetap terjaga diatas enam persen, meskipun perekonomian
nasional saat ini relatif stabil dibandingkan negara-negara lain di
regional Asia dan diantara negara G20.
"Situasi Indonesia masih lebih baik walaupun ada gejala yang
menganggu indikator makro seperti nilai tukar dan pertumbuhan ekonomi,
yang lebih banyak disebabkan kondisi eksternal," ujarnya.
Menurut Chatib, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir
semester I 2013, yang diperkirakan mencapai enam persen, hanya kalah
dari China yang tercatat sebesar 7,7 persen dan unggul dari India 4,8
persen.
"Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih nomor dua di antara G20.
Bahkan kalau menggunakan forecast IMF juga masih tinggi, volatilitas
pertumbuhan kita jauh lebih stabil," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar