Oleh : DESK INFORMASI
Situasi yang tidak kunjung membaik di Mesir, kembali mengundang
komentar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Saat memimpin Sidang
Kabinet Paripurna di kantor Presiden, Jakarta, Senin (29/7) siang,
Presiden SBY mengatakan, bahwa situasi di Mesir sekarang ini sudah lebih
sulit dan membahayakan. Namun, ada pelajaran yang bisa dipetik dari
kasus Mesir itu, bahwa siapapun yang memimpin harus mengajak semua
rakyatnya, semua kelompok masyarakat, termasuk tentaranya.
Presiden yang didampingi Wakil Presiden (Wapres) Boediono mengemukakan, kalau kita melihat puluhan ribu masa sebagaimana terjadi di beberapa tempat di Mesir, konflik horizontal itu sulit untuk dicegah, dan korban akan berjatuhan. “Tentu kita tidak punya resep atau apalagi kita meminta Mesir , sebaiknya begini, sebaiknya begitu, kita tidak pada posisi itu. Belum tentu juga benar, meskipun banyak pemimpin dunia sudah mengeluarkan statemen,” kata Presiden SBY.
Namun di bulan Ramadhan ini, menurut Presiden SBY, ada pelajaran yang bisa dipetik. Dulu ketika kita mengalami perubahan dramatis pada tahun 1998, dan bangsa ini sepakat untuk melakukan perubahan besar yang disebut reformasi, kita sepakat mengajak semua, tidak ada yang ditinggal.
SBY melanjutkan, sejarah membuktikan bahwa militer Indonesia yang tadinya kuat dan menjadi faktor dominan, pada awal reformasi justru mendapatkan tekanan yang luar biasa. Tetapi
ketika militer Indonesia, baca ABRI, kemudian TNI ditekan itu, maka
yang dilakukan bukan kembali menekan, tetapi melakukan reformasi di
dalam dirinya.
“Nah, ketika melaksanakan reformasi dalam dirinya,
sebetulnya itu dukungan penuh militer Indonesia terhadap gerakan
reformasi dan demokratisasi. Dengan demikian sejak awal sudah menjadi
bagian dari reformasi,” papar Kepala Negara sembari menyampaikan rasa syukurnya bahwa perjalanan reformasi dan transformasi kita relatif baik sampai sekarang ini.
Kondisi berbeda terjadi di Mesir. Menurut Presiden SBY, ketika revolusi sudah selesai Presiden Housni Mubarak berhenti, dan kemudian dengan euforia yang tinggi dan semangat perubahan¸ perombakan dan reformasi seperti kita dulu dan kemudian ada pemilihan umum, menurut mungkin tidak semua elemen mendapatkan peluang yang sama. Bahkan mungkin kaum militer di sana tidak lagi memiliki peran sebagaimana sebelumnya, dan bahkan mungkin merasa di pinggirkan.
“Jadi bacaan saya ini, saya dengar juga disampaikan oleh beberapa pihak, kalau itu terjadi maka pelajarannya kalau ada perubahan besar, we have to think about reconciliation. Siapapun yang memimpin, pemimpin politik yang diberikan mandat oleh rakyat harus tetap berpikir rekonsiliasi mengajak semua,” papar Kepala Negara.
Kalau diajak dalam proses reformasi, entah perubahan UUD, haluan pembangunan ekonomi ataupun mereka on board, lanjut Presiden SBY ,mereka ada di dalam, dengan demikian akan lebih bagus, lebih stabil. Mungkin itu yang menjadi permasalahan.
Presiden menegaskan, bahwa hal itu adalah pandangannya secara pribadi. Ia mengakui., kalau militer juga melakukan langkah-langkah seperti yang dilakukan di Mesir, menghentikan kekuasaan seseorang yang dipilih secara demokrastis, itu juga persoalan tersendiri. Jadi ada dua persoalan timbal balik, sebab akibat.
Menurut Presiden, situasi di Mesir sekarang ini pada titik yang sulit. Sebagai sahabat Mesir, Presiden hanya bisa berharap sebagaimana ia sampaikan melalui media sosial, mudah-mudahan dalam keadaan seperti ini kedua belah pihak bisa menahan diri untuk tidak banyak lagi korban yang terjadi, the winner takes all.
“Mungkin tidak tepat, barangkali ya targetnya rekonsiliasi, kompromi apa yang bisa dilakukan, dan masyarakat internasional khususnya PBB baik juga ikut mencarikan solusi membantu. Negara-negara sekitar barangkali juga bagus untuk membuat lebih teduh, bukan untuk memisah-mesahkan,” sambung Presiden SBY.
Demo Soal Mesir
Presiden SBY mengakui, ia telah menerima laporan Dubes RI
di Mesir, Nurfaizi, bahwa masyarakat Indonesia di Mesir saat ini dalam
keadaan terkontrol, baik, termasuk ribuan mahasiswa yang ada di
Universitas Al Azhar.
Presiden juga telah menginstruksikan
kepada Duta Besar Indonesia untuk Mesir menyampaikan agar
masyarakat/pelajar/mahasiswa Indonesia tidak melibatkan diri dengan
konflik apapun. “Instruksi saya, jangan melibatkan diri dalam konflik ataupun stay atau jauhi tempat-tempat membahayakan dan pelihara komunikasi,” pesan Presiden SBY.
Adapun mengenai aksi-aksi demonstrasi di tanah air yang mendukung salah satu pihak di Mesir, menurut Presiden SBY, di Indonesia unjuk rasa tentu dibenarkan. Kepedulian wajar , tapi Presiden mengingatkan, jangan menimbulkan persoalan dalam negeri sendiri.
“Kita tidak bersalah, ngga ada apa-apa negeri kita, militer kita tidak melakukan apa-apa,
semua berjalan baik, jangan persoalan di negara lain kita sendiri rebut
malah terjadi sesuatu yang merugikan. Tolong yang jernih berpikirnya berdasarkan akal sehat,” pesan Presiden SBY.
(Humas Setkab/BP/EJW/SA/ES)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar