Dilansir dari Reuters, Rabu 3 Juni 2015, harga minyak
mentah AS ditutup naik US$1.06 per barel atau 1,76 persen menjadi
US$61,26 per barel, tertinggi sejak 9 Desember 2014. Sementara itu,
minyak Brent untuk pengiriman Juli naik 70 sen menjadi US$65,50 per
barel.
Kemungkinan berkurangnnya pasokan minyak global, dan pernyataan
negara-negara OPEC yang akan memangkas produksinya, juga berkontribusi
mendorong kenaikan harga minyak. Namun dampaknya tidak langsung
dirasakan.
Sebagai informasi, Negara-negara pengekspor minyak anggota OPEC,
yang bertanggung jawab untuk lebih dari sepertiga dari produksi minyak
mentah dunia, bertemu di Wina, Jumat pekan lalu untuk memutuskan
kebijakan produksi untuk enam bulan ke depan.
Kelompok ini telah memproduksi hingga dua juta barel per hari lebih
dari yang dibutuhkan tahun ini, meskipun analis mengharapkan pasar
untuk akhirnya menyeimbangkan dari permintaan yang lebih tinggi.
Melemahnya dolar AS yang membuat harga minyak mentah naik dalam mata uang greenback.
Hal itu membuta minyak mentah lebih terjangkau bagi pemegang euro dan
mata uang lainnya. Penguatan euro yang paling tinggi terhadap dolar AS
sejak pertengahan Maret, karena taruhan bahwa Yunani akan mencapai
kesepakatan dengan kreditur.
Kenaikan harga juga didorong oleh ekspektasi pemerintah AS akan
mengumumkan pada hari ini mengenai stok minyak mentah. Sebuah jajak
pendapat Reuters memperkirakan bahwa stok minyak mentah turun 2
juta barel pekan lalu, hal itu merupakan perkiraan dari kelompok
industri American Petroleum Institute.
Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali al-Naimim, anggota paling
berpengaruh di OPEC, memperkirakan permintaan minyak global meningkat
ditengah pasokan yang berkuran. Hal tersebut menandakan strategi
kerajaan membela pangsa pasar bekerja dengan baik.
Beberapa bank dan analis, termasuk Morgan Stanley, telah menyarankan OPEC bisa meningkatkan target produksinya.
"Jurang antara negara-negara anggota masih sangat lebar, dan tanpa
kontribusi dari semua orang. Arab Saudi tidak akan mengurangi produksi,"
kata Amrita Sen, analis minyak utama di Aspek Energi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar