Kartika Sari Tarigan - detikNews
Jakarta -Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
Muhammad Nasir meminta masyarakat menyaksikan gerhana matahari total
pada 9 Maret 2016 dengan cara yang aman. Nasir meminta masyarakat tidak
lagi termakan kabar yang mengatakan melihat gerhana matahari total akan
membuat mata buta.
Menurut dia, asalkan cara melihatnya benar
maka masyarakat tak perlu cemas. "Katanya bahaya, (padahal) tidak ada
bahayanya sama sekali itu," kata Nasir saat usai acara di Hotel
Millenium, Jakarta, Senin (7/3/2016).
Nasir menjelaskan, agar
aman untuk mata, maka alat bantu seperti kacamata gerhana harus dipakai
saat bulan mulai bergeser dari matahari dan muncul cahaya menyilaukan.
"Nah yang berbahaya itu saat bergesernya bulan dari matahari," ujarnya.
Larangan
melihat gerhana matahari total secara langsung pernah muncul pada 1983.
Masyarakat, kata Nasir, ditakut-takuti agar tidak melihat langsung
karena konon bisa membutakan mata.
Nasir meminta masyarakat,
khususnya generasi muda, tak lagi berpegang pada anggapan yang salah,
apalagi mitos ataupun takhayul soal gerhana matahari total.
Nasir menegaskan, gerhana adalah peristiwa alam yang bisa dijelaskan
secara ilmiah.
Nasir juga meminta mereka yang lahir setelah
gerhana matahari 1983 agar tak melewatkan fenomena alam yang langka ini.
"Manfaatkan sebaik mungkin, karena Anda akan mengalami ini hanya dua
kali dalam hidup, itupun kalau diberi umur panjang," kata dia. "Saya
alhamdulillah diberi kesempatan dua kali dalam hidup untuk
mengalaminya."
Menristek optimistis gerhana matahari akan membawa
dampak positif bagi Indonesia, khususnya di bidang pariwisata. "Luar
biasa. Wisatawan mulai masuk ini dari Jepang, Korea, Swedia."
Nasir
mengatakan, ia awalnya akan mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla
menyaksikan gerhana di Palu. Namun karena ada agenda lain, Nasir tidak
jadi berangkat ke Palu, namun tetap mengirimkan tim Kementeriannya ke
sana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar