BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Selasa, 06 Desember 2011

Mendagri Bantah Ada Anak Buahnya yang 'Tilep' Dana APBD

Ramdhania El Hida - detikFinance 


Jakarta - Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi mengatakan tidak ada anak buahnya yang melakukan aksi pemindahan dana APBN/APBD ke rekening pribadi seperti laporan Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK).

"Itu dari kementerian tertentu, bukan anak buah saya. Kalau transfer itu silakan saja (diperiksa) kalau ada di daerah," kata Gamawan saat ditemui di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Senin (5/12/2011).

Gamawan mempersilakan PPATK mengusut temuannya apabila ada indikasi aliran dana yang tidak wajar.

"Itukan datanya ada di PPATK. Berapa jumlahnya, sumbernya, itukan dia (PPATK) yang punya. Biar PPATK menuruskan kepada aparat penegak hukum," jelasnya.

Sebelumnya Wakil Ketua PPATK Agus Santoso mengatakan, banyak PNS muda berusia 28 tahun yang terindikasi korupsi. Modusnya unik, bersama sang isteri anak muda ini secara aktif mencoba menyamarkan dan menyembunyikan harta yang didapat secara haram.

Modus yang diindikasikan korupsi ini dilakukan melalui beberapa cara. Diantaranya, mengalirkan dana yang diindikasikan dari penyelenggaraan negara berupa proyek fiktif, gratikasi hingga suap kepada keluarganya.

"PPATK senantiasa memonitor sepak terjang para pelaku itu, baik yang sudah ditindaklanjuti oleh aparat penegak hukum maupun yang belum ditindaklanjuti," jelas Agus.

Banyaknya tindakan korupsi ini menurut Agus membuat Transparency International Indonesia (TII) menempati Indonesia di posisi 100 dari 183. Berarti Indonesia masih parah korupsinya.

Dari 183 negara Indonesia mengalami kenaikan skor 0,2 dibanding tahun 2010, dan menempati 100 dengan skor indeks persepsi korupsi (IPK) sebesar 3,0. 

Hasil survei tersebut berdasarkan penggabungan hasil 17 survei yang dilakukan lembaga-lembaga internasional pada tahun 2011. Rentang indeks berdasarkan angka 0-10, angka 0 berarti dipersepsikan sangat korup, dalam hal ini Somalia, Afghanistan, Myanmar, Korea Utara, Uzbekistan memperoleh urutan terbawah.

"Saya tentu sedih sekali memahami bahwa IPK kita seperti itu dan itu sudah berlangsung cukup lama mulai dari 2,6 lalu 2,8 dan beranjak jadi 3,0," tukas Agus.
(dnl/ang) 

Tidak ada komentar: