BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 02 Desember 2011

Menjelang Natal, Minyak Tanah Langka

 Jpnn
SULUT--Kelangkaan minyak tanah yang terjadi, membuat warga Sulut ketar-ketir. Pasalnya, sudah berpulu-puluh tahun lamanya warga sangat bergantung pada produksi Pertamina yang satu ini. Di Sulut sendiri, minyak tanah bukan hanya dijadikan alat untuk memasak, tetapi minyak tanah juga masih dijadikan obat oleh sebagian warga Sulut.

Direktur Eksekutif Swara Parangpuan Sulut Vivi George mengatakan tidak bisa dipungkiri bahwa korban pertama dari sikap pemerintah ini adalah perempuan. “Para ibu yang seharusnya sudah bisa memasak dan menjaga di rumah, justru disibukkan dengan antrian minyak tanah berjam-jam yang mengakibatkan pekerjaan mereka yang lain berantakan. Bukan itu saja, berapa banyak kaum ibu yang harus membawa anak balita ketika mengantri minyak tanah berjam-jam,” tukasnya.

Ditambahkannya, umat Kristiani yang akan segera merayakan Natal juga merasa was-was karena banyak kue pesanan untuk persediaan Natal yang belum bisa mereka selesaikan. “Banyak pengaduan yang masuk di kantor kami berkaitan dengan masalah ini. Mereka bingung apakah harus mengembalikan uang para pemesan atau tetap menyelesaikannya dengan konsekwensi, rugi besar,” ujarnya.

Sementara itu seorang pengusaha kue paket Natal Ny.Rina, warga Kairagi ini mengatakan dirinya bingung dengan keadaan yang terjadi, pasalnya Rina harus segera menyelesaikan paket kue Natal yang di pesan pelanggannya sementara minyak tanah yang dicari sulit ia temukan.

“Kita bingung, kalau mo kase bale dorang pe doi nda mungkin karena kasian juga ini somo dekat Natal, sedangkan kita nda bisa kerja karena memang nda ada minyak. Kita musti bagimana ini kasiang, pemerintah tolong mangarti akan pa torang,” ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Disisi lain, Yeni seorang ibu warga Calaca mengatakan bahwa dirinya yang seorang pedagang Tinutuan dan hanya seorang janda harus menghidupi dua orang anaknya yang masih sekolah. “Kita cuma bajual tinutuan, kong kita pe anak yang satu ada kuliah. Bagimana kita mo bajual kalau nda ada minya tanah bagini dang, sedangkan kit ape anak musti pi skolah. Torang pe hidup Cuma bagantong di bajual tinutuan ini, kalau kita nda bajual, sapa yang mo kase makan pa torang dang,” katanya.

“Pemerintah harus membagikan elpiji secara merata, karena terbukti masih banyak warga yang belum dapat elpiji. Sambil menggencarkan sosialisasi, jangan hanya diberikan elpiji lalu tidak diberitahu cara pakainya,” tegas George. (tr-03)

Tidak ada komentar: