BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 17 Februari 2012

Koordinator Massa di Bandara Bantah FPI

 Jpnn
PALANGKA RAYA – Juru bicara Front Pembela Islam, Munarman semakin gencar melakukan siaran pers di berbagai televisi untuk mempotes aksi penolakan empat delegasi FPI oleh masyarakat Dayak Sabtu (11/2) lalu di bandara Tjilik Riwut.

Kamis kemarin Munarman melakukan dialog di TVRI bersama dengan Komisi III DRP RI. Tidak lain dirinya menyampaikan bahwa gubernur Agustin Teras Narang mengerahkan para preman untuk membunuh empat delegasi yang akan turun dari pesawat.

Aksi yang dilakukan oleh Munarman mendapat reaksi dari tokoh Dayak. Setelah Yansen Binti dan Prov K A M Usop yang menyampaikan penolakan pada Rabu (15/2) lalu, kali ini giliran tokoh masyarakat Hederman Wilson. Hederman didampingi Pengacara Labih Binti dan Ketua Gerakan Pemuda Dayak menyampaikan kesaksiannya kepada wartawan Kamis (16/2) kemarin di kedai Jalan Diponegoro depan Rumah Sakit TNI.

“Saya ada di bandara saat itu untuk menenangkan masa. Kebetulan aksi ini adalah spontanitas tanpa dikoordinir maka saya yang dianggap paling dituakan ikut meredam emosi massa agar tidak terjadi hal-hak yang tidak diinginkan,” kata Herdiman.

PNS yang bekerja sebagai Pengawas di Departemen Agama Kota Palangka Raya ini membantah bahwa Teras Narang memberikan titah agar massa bergerak ke bandara. Kata Herdiman, kalaupun Teras memberikan titah maka tentu ada suratnya.

Herdeman mengaku bahwa massa sebenarnya tidak bermaksud untuk masuk menerobos ke dalam bandara pada saat itu. Ia mengisahkan bahwa saat itu adalah tamu gubernur, Akbar Faisal dari DPR RI. Anggota Komisi III yang menggunakan pesawat Sriwijaya ini setibanya turun dari pesawat langsung memanggil wartawan untuk menyampaikan wawancaranya. Akbar rupanya tak mampu membaca situasi pada saat itu dimana sedang ada massa besar yang menghadang di muka bandara.

Beberapa wartawan yang dipanggil akhirnya dengan gesit mampu menyelinap ke dalam bandara. Alhasil ini juga mengundang massa yang mengira bahwa delegasi FPI benar-benar sudah tiba di bandara. “Ini mungkin Akbar Faisal kurang bisa mengkondisikan waktu wawancara yang tepat dan ia tidak tahu ada massa,” kata Herdeman.

Padahal saat itu katanya bahwa pihak maskapai dan bandara sudah menginstruksikan agar pesawat Sriwijaya yang ditumpangi oleh empat delegasi FPI tidak menurunkan penumpangnya dan didaratkan di Bandara Syamsuddin Noor pada hari itu juga.

Herdeman sebagai masyarakat Dayak juga mengaku tersinggung dengan pernyataan petinggi FPI yang menyebut aksi tersebut sebagai wujud premanisme. Katanya FPI telah memutarbalikan fakta bahwa yang sebanarnya FPI sendiri melakukan aksinya seperti preman.

“Jangan asal bicara, gubernur tidak ada sangkut-pautnya dengan aksi ini. Malahan Pak Teras yang datang ke bandara tujuannya adalah menenangkan serta membubarkan masa. Sehingga tidak ada aksi yang lebih anarkis lagi,” kata purnawirawan Pasukan Pengibar Bendera Tingkat Nasional perwakilan Kalteng tahun 1978 ini. (nik)

Tidak ada komentar: