RMOL. Kemarin, pukul 15.00
wib, Dahlan Iskan mendarat di Tianjin, Tiongkok. Itu berarti sekitar
sembilan jam setelah menteri BUMN itu ngamuk di pintu tol.
Memangnya kenapa dia marah dan ngamuk di pintu tol kawasan
Semanggi? Apa yang terjadi? Berikut ini pernyataan Dahlan Iskan yang
diketik sendiri di Ipad, miliknya. Dia mengirim itu kepada Rakyat Merdeka via email, beberapa saat begitu dia mendarat di China.
“Tadi pagi saya tidak membanting kursi tapi (he he he) membuangnya ke
pinggir jalan tol. Kursi-kursi itu betul-betul nggak ada gunanya karena
orangnya atau petugasnya tidak ada di loket di tengah-tengah antrean
mobil masuk gerbang tol yang begitu panjang.”
“Ini juga bukan marah yang mendadak. Sudah tiga bulan saya minta
agar antrean masuk tol jangan sampai menjengkelkan. Hampir setiap
minggu saya SMS direksi Jasa Marga mengingatkan komitmen kepada
masyarakat yang harus kita penuhi.”
“Setiap kali saya masuk gerbang tol yang antre panjang saya selalu
sms kepada direksi Jasa Marga. Tapi kok tidak ada tindakan nyata. Sabtu
lalu, jam 11.00, saat mau ke Bandung untuk bertemu mahasiswa ITB,
saat masuk pintu tol Kalimalang-2, antrean juga panjang. Juga saya sms
direksinya.”
“Saya tidak henti-hentinya mengingatkan itu. Pelayanan harus baik.
Apalagi ini melayani orang yang mau membayar. Kalau melayani orang
yang mau membayar saja tidak baik, bagaimana melayani masyarakat
kecil yang tidak punya uang?”
“Saya juga sangat tidak puas hasil penjualan kartu eToll yang kurang
berhasil. Saya sudah tawarkan untuk ikut jualan. Saya tunggu-tunggu
begitu lama tidak ada realisasinya. Saya sudah bilang, perlu cara-cara
kreatif untuk jualan kartu itu. Biar kian banyak yang beli kartu
eToll.”
“Saya siang ini berangkat ke Tiongkok check up. Sudah telat 8 bulan.
Saya tunda terus karena begitu banyak pekerjaan dan juga karena saya
tidak merasa ada sesuatu yang mencurigakan. Tapi saya ditegur terus
oleh dokter karena terlalu lama menunda-nunda terus.”
“Tahun ini saya akan melewati masa kritis lima tahun setelah ganti
hati. Kalau saya bisa melewati lima tahun ini, Agustus nanti, Insyaallah
pertanda hati baru saya sudah benar-benar menyatu dengan tubuh saya.
Mohon doa.”
Kemarahan Dahlan Iskan di pintu tol, seolah mewakili kejengkelan
pengguna jalan tol. Sudah jadi makanan sehari-hari antrian mengular
jelang pintu tol, terutama di jam sibuk. Penyebabnya pun klasik,
biasanya karena kerja petugasnya lamban atau loketnya tidak buka
semua. Makanya, aksi Menteri BUMN “ngamuk-ngamuk” di loket tol banyak
yang memberi acungan jempol.
Cerita “aksi koboi” Dahlan juga ramai disebarkan oleh mereka yang melihat langsung di pintu tol. Kisahnya begini.
Pagi kemarin, kendaraan yang membawa Dahlan Iskan melaju menuju
kantor Garuda. Ada agenda rapat Selasaan dimulai jam 7 pagi. Saat
itu, pukul 06 lewat 10 menit, Dahlan ada di pintu tol kawasan Semanggi.
Antrian masuk cukup panjang. Lebih dari 30 kendaraan.
Tak tahan melihat antrian, Dahlan Iskan yang terekam kamera CCTV
berkemeja putih pun langsung turun dari mobil dan langsung memeriksa
loket tol. Ada empat loket, tapi hanya dua yang dibuka. Satu menggunakan
sistem manual, satu lagi sistem otomatis. Dua loket lagi petugasnya
kosong.
Dahlan lalu masuk ke loket yang kosong dan dia membuang kursi yang
biasa diduduki petugasnya. Di loket kosong satunya, dia juga
melakukan hal yang sama. Kursi itu dibuang di pinggir jalan tol.
“Tidak ada gunanya kursi ini,” kata Dahlan. Omongan ini dikutip dari pernyataan Dahlan yang didengar ajudannya.
Melihat antrian makin panjang, Dahlan dengan cepat membuka
penghalang jalur tol di loket yang petugasnya kosong. Lalu dia
menyuruh semua mobil di lajur antrian masuk ke situ, dan tidak perlu
bayar. Wow, senangnya. Banyak pengendara mobil yang langsung tersenyum
melihat itu. Salah satu diantara pengendara yang lewat adalah Dirut
Garuda Emirsyah Satar. Dia kaget melihat aksi Dahlan Iskan.
“Ada apa, Pak? Kok ngatur lalulintas?” tanyanya. “Ini gratis, ya
Pak,” tanyanya lagi. Setelah pintu tol sepi, Dahlan lalu masuk ke
kendaraannya lagi dan meninggalkan pintu tol menuju kantor Garuda.
Itulah Dahlan Iskan. Gara-gara aksi ini, Jasa Marga tersentak. Tapi,
kata Direksinya tidak apa-apa, sekali-kali butuh sentakan. Dirut PT
Jasa Marga Adityawarman menyebut aksi Dahlan sebagai “sengatan
listrik” untuk mengingatkan seluruh karyawan Jasa Marga yang suka
telat, bahwa tepat waktu adalah kunci kelancaran bekerja. Telat kerja,
ada kerugian yang diderita.
Nah, soal ratusan mobil yang dihadiahi Dahlan Iskan tol gratis itu
jadi kerugian Jasa Marga. Kata Pak Dahlan, “Ya biar saja. Kalau Jasa
Marga merasa dirugikan suruh tagih ke saya. Saya bayar.”
Waduh, Pak Dahlan. Ada-ada saja. [Harian Rakyat Merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar