Kenaikan harga kebutuhan pokok cukup signifikan. Ada yang
kenaikannya hingga 100 persen. Ibu-ibu rumah tangga pun terpaksa harus
memperketat pengeluarannya.
"Ini dikarenakan pasokan cabai merah berkurang, karena faktor cuaca
juga, sehingga saat ini produksi cabai merah menurun," ujar Kepala
Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin, di kantor BPS Pusat, Senin 1
Juni 2015.
Suryamin mengatakan, penurunan produksi cabai merah ini terjadi di
69 kota perhitungan inflasi. Situasi tersebut menyebabkan harga cabai
naik.
"Tertinggi kenaikannya di Medan sebesar 96 persen dan Aceh 94 persen," kata Suryamin.
Selain cabai, terbatasnya persediaan daging ayam ras di pasar juga
memicu kenaikan harga komoditas ini. Akibatnya, daging ayam menjadi
komoditas kedua terbesar yang memicu inflasi.
"Andilnya 0,9 persen, stok daging ayam di 70 kota IHK. Di Tanjung Pandan naik 25 persen dan Jambi 18 persen," tuturnya.
Selanjutnya, meningkatnya permintaan pasar akan komoditas telur
ayam jelang Ramadhan, juga memiliki andil mendorong inflasi. Telur
ayam memiliki andil 0,04 persen dan bobot 0,6 persen. Saat ini, terjadi
kenaikan harga di beberapa daerah seperti Batam, Bandar Lampung, dan
Kediri.
Bawang merah juga masuk komoditas yang naik harganya, yaitu
sebesar 6,19 persen. Faktor pemicu karena kurangnya persediaan. Andil
bawang merah sebesar 0,03 persen dan bobot 0,56 persen.
Stok beras cukup
Berbeda dengan cabai, telur, dan daging ayam yang merangkak naik,
harga beras tampaknya tidak naik signifikan. Karena, Perusahaan Umum
Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) memiliki persediaan beras hingga 5,8
bulan.
Dengan persediaan sebanyak itu, aksi spekulan pasar menjelang
Ramadhan, yang ingin memainkan harga beras diyakini dapat diredam.
"Mereka (spekulan) akan melihat, tidak mungkin melakukan spekulasi
ketika pemerintah punya stok. Kalau melakukannya, mereka akan rugi,"
kata Direktur Institute for Development of Economic and Finance (Indef),
Enny Sri Hartanti, di Jakarta, Senin 1 Juni 2015.
"Bulog masih menguasai stok. Kami yakin minimal sampai Ramadhan, harga masih relatif terkendali," tutur Enny.
Jakarta Timur
Harga bahan pangan mulai merangkak naik dalam sepekan terakhir di
sejumlah pasar tradisional. Pembeli mengeluhkan kenaikan harga tersebut.
Sementara itu, pedagang harus mengalami penurunan omzet akibat bahan
pangan yang naik.
Di wilayah ini, ayam potong yang biasanya dijual Rp35 ribu per
ekor, naik menjadi Rp40 ribu. Sementara itu, bawang merah yang
sebelumnya dijual Rp30 ribu per kilogram, naik menjadi Rp40 ribu.
Karawang, Jawa Barat
Untuk daerah Karawang, Jawa Barat, semakin mendekati Ramadhan,
harga daging ayam semakin melonjak. Daging ayam kini dijual Rp37 ribu
per kilogram. Padahal, sebelumnya dijual Rp30 ribu per kilogram. Selain
itu, pedagang sulit mendapat pasokan ayam potong untuk berjualan, yang
mengakibatkan menurunnya omzet penjualan.
Garut, Jawa Barat
Harga telur di pasar induk Ciawitali, Garut, Jawa Barat, sudah
merangkak naik Rp2 ribu per kilogram dari semula Rp18.500 menjadi
Rp20.500 per kilogram.
"Untuk telur sudah dua minggu terakhir harganya naik, yang
diperkirakan terus naik hingga Lebaran," ujar Yayah, seorang pedagang
pasar Ciawitali, Selasa, 2 Juni 2015.
Selain telur, harga daging ayam juga menunjukkan kenaikan
signifikan. Saat ini, harga daging ayam Rp31 ribu per kilogram dari
semula hanya Rp25 ribu per kilogram, atau naik Rp6 ribu.
"Daging ayam juga naik, tapi baru kemarin-kemarin naiknya," tutur Yayah.
Pedagang lainnya, Jajang (37) menambahkan, sebenarnya untuk harga
sayur juga sudah naik. Namun, telur dan daging ayam naik cukup drastis.
"Kalau yang lain naik, tapi nggak banyak. Tetapi, kemungkinan semua sayuran dan kebutuhan pokok akan naik, apalagi sudah dekat Ramadhan," kata Jajang.
Boyolali, Jawa Tengah
Di daerah Boyolali, Jawa Tengah, harga sejumlah pangan juga naik.
Seperti gula pasir naik dari Rp10 ribu menjadi Rp12 ribu per kilogram.
Telur ayam Rp18 ribu menjadi Rp19 ribu per kilogram.
Binjai, Sumatera Utara
Di pasar tradisional Binjai, Sumatera Utara, kenaikan harga
bervariasi dari 10 persen hingga 100 persen. Harga beras naik dari Rp500
hingga Rp1.000 per kilogram untuk semua jenis beras.
Harga gula putih juga naik dari Rp11 ribu menjadi Rp13 ribu per
kilogram. Untuk harga cabai merah naik dari Rp25 ribu menjadi Rp35 ribu
per kilogram. Sementara itu, harga bawang merah naik dari Rp17 ribu
menjadi Rp25 ribu per kilogram.
Menurut para pedagang, kenaikan harga ini disebabkan menurunnya
pasokan dari Tanah Karo. Kenaikan ini diprediksi terus berlanjut
memasuki awal bulan puasa.
Pekanbaru, Riau
Kenaikan harga pangan juga terjadi di pasar tradisional Pekanbaru,
Riau. Di daerah ini, harga cabai yang sebelumnya Rp17 ribu, naik menjadi
Rp28 ribu per kilogram.
Selanjutnya, untuk harga bawang merah yang sebelumnya Rp8 ribu,
naik menjadi Rp18 ribu per kilogram. Tak hanya sayur mayur, harga telur
naik dari Rp26 ribu menjadi Rp30 ribu per kilogram.
Sementara itu, harga beras di pusat pasar Sukaramai, Pekanbaru, Riau, masih stabil dan belum naik signifikan.
Manado, Sulawesi Utara
Untuk daerah Sulawesi Utara, di pasar tradisional Bersehati, harga
kebutuhan pokok juga naik. Bawang merah menjadi Rp46 ribu dari
sebelumnya Rp26 ribu per kilogram.
Sementara itu, cabai rawit dari Rp30-32 ribu menjadi Rp48-50 ribu per kilogram.
"Biasanya, cabai dari Rp30-32 ribu naik menjadi Rp48-50 ribu per
kilogram," kata Kasim Jakaria, seorang pedagang. Dengan kenaikan harga
ini pedagang menduga ada spekulan bermain harga.
Gorontalo
Saat ini di Gorontalo, menjelang masuknya bulan suci Ramadhan 2015, di sejumlah pasar tradisional memang terjadi kenaikan harga.
Yang paling mengejutkan adalah kenaikan harga tomat dan cabai yang
sudah mencapai 100 persen dari sebelumnya Rp20 ribu per kilogram.
"Kami merugi kini, karena tidak ada yang mau membeli. Sementara
itu, pasokan juga sangat terbatas dan susah dicari," ujar seorang
pedagang di pasar tradisional, Sudin Umar, Senin 1 Juni 2015.
Ia menduga, kenaikan harga tersebut ditengarai oleh kurangnya
pasokan cabai dari berbagai daerah. Padahal, saat ini permintaan
masyarakat semakin meningkat.
Dengan kenaikan tersebut, pemerintah berencana membuka keran impor
untuk komoditas jenis cabai. Opsi ini untuk mengantisipasi meningkatnya
permintaan, karena ketersediaan dalam negeri yang tak mencukupi.
"Sementara masih dihitung kebutuhan masyarakatnya. Yang jelas
memang ada rencana untuk impor untuk jenis komoditas cabai dan bawang
untuk tahun ini," ujar Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel, usai
meresmikan "Pameran Pangan Nusa dan Produk Dalam Negeri Regional" di
Gorontalo, Minggu 31 Mei 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar