VIVAnews - Pihak-pihak yang bertanggung jawab
mengenai pelaksanaan ujian nasional yang terlambat, saling melempar
tanggung jawab. PT Ghalia Indonesia Printing selaku pihak pencetak
naskah ujian menyalahkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan karena
baru mendapatkan master soal 25 hari sebelum pengiriman.
Pihak kementerian mengaku yang mereka lakukan telah sesuai dengan
apa yang disyaratkan dalam peraturan. Pengiriman soal pun diklaim
dilakukan serentak kepada semua pemenang tender namun hanya Ghalia yang
terlambat menyelesaikannya. Lengkapnya, buka tautan ini.
Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Teuku Ramli
Zakaria, mengatakan dalam kunjungan yang dilakukan oleh pihak Penelitian
dan Pengembangan Kemendikbud dan BSNP menemukan fakta lain di
percetakan pada 10 hari menjelang pengiriman soal. "Pekerja mereka pada
saat itu hanya 65 orang," ujarnya, ketika ditemui VIVAnews di Jakarta, Senin 15 April 2013.
Hal ini, menurut Teuku, amat berbeda dengan yang dilihatnya di
percetakan lain. Di lima percetakan lainnya, jumlah pekerjanya rata-rata
mencapai 500 orang.
Ia juga menduga bahwa hal ini menjadi salah satu penyebab
keterlambatan soal yang dibuat perusahaan yang baru dua kali mengikuti
tender pencetakan lembar jawaban UN ini.
Sementara itu, Inspektur IV Inspektorat Jenderal Kemendikbud, Amin
Priatna, mengatakan pihaknya sudah melakukan tender sesuai dengan aturan
yang berlaku. Pihaknya pun dinilainya telah melakukan proses verifikasi
terhadap kesiapan dan kemampuan percetakan.
Ia menambahkan, secara jumlah provinsi memang Ghalia mempunyai
tanggung jawab mencetak soal ujian yang besar. Namun, secara jumlah,
perusahaan yang bermarkas di Bogor ini sama dengan yang lain. "Walau
jumlah provinsinya bayak, tetapi jumlahnya hampir sama dengan kelima
perusahaan lainnya," ujarnya.
Ghalia menerima kontrak oplah pembuatan soal total sebanyak 106,5
juta soal ujian untuk paket tiga dengan nilai tender sebesar Rp22
miliar. Untuk Paket satu, tender dimenangkan oleh PT Balebat Dedikasi
Prima, dengan oplah total 91,2 juta dengan nilai tender Rp12,9 miliar.
Paket dua dipegang oleh PT Pura Barutama dengan total oplah 96,8
juta dan nilai Rp14,5 miliar, paket empat dimenangkan oleh PT Jasuindo
Tiga Perkasa dengan total oplah 102,2 juta dengan nilai Rp13,7 miliar.
Sedangkan paket lima oleh PT Karsa Wira Utama, dengan total oplah
103,9 juta lembar dengan nilai Rp16,3 miliar, dan paket keenam oleh PT
Temprina Media Grafika dengan total oplah sebanyak 90 juta dengan nilai
Rp14,7 miliar.
Sebelumnya, Ghalia mengaku kewalahan dalam penyelesaian produksi soal ujian untuk 11 provinsi yang ada di Indonesia bagian tengah.
Direktur Ghalia , Lukman Hamzah mengakui kesulitan dalam menyeleksi naskah ujian nasional tiap sekolah. Selain itu, banyaknya jumlah soal yang dicetak dan kurangnya sumber daya manusia (SDM) dalam memasukkan kategori-kategori soal ujian. "Saya jamin hari Senin besok semua naskah ujian sudah bisa didistribusikan," katanya.
Hamzah mengakui pernah mencetak soal hanya untuk Provinsi Sumatra Barat. Namun, dia belum berpengalaman mencetak soal untuk 11 provinsi.
Direktur Ghalia , Lukman Hamzah mengakui kesulitan dalam menyeleksi naskah ujian nasional tiap sekolah. Selain itu, banyaknya jumlah soal yang dicetak dan kurangnya sumber daya manusia (SDM) dalam memasukkan kategori-kategori soal ujian. "Saya jamin hari Senin besok semua naskah ujian sudah bisa didistribusikan," katanya.
Hamzah mengakui pernah mencetak soal hanya untuk Provinsi Sumatra Barat. Namun, dia belum berpengalaman mencetak soal untuk 11 provinsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar