Oleh : Desk Informasi
Setibanya dari kunjungan ke Nusa Tenggara Barat (NTB), Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY) didampingi Wakil Presiden Boediono memimpin
Rapat Terbatas di Base ops, Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu (13/7)
siang.
Beberapa Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II di
antaranya Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menko Perekonomian Hatta Rajasa,
Mensesneg Sudi Silalahi, Seskab Dipo Alam, Menteri Keuangan Chatib
Basri, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Menkumham Amir Syamsuddin,
Mentan Suswono, Kapolri Jendral Timur Pradopo, Kabulog, Wamen
Perhubungan, dan Dirjen Bea Cukai.
Rapat terbatas tersebut memiliki dua agenda utama, yaitu masalah daging dan masalah lapas tanjung gusta Medan, Sumatera Utara
Dalam
rapat tersebut, Presiden mengungkapkan bahwa instruksi yang
diberikannya sudah sangat jelas, demikian juga dengan Wapres, bahkan
Menko Perekonomian juga sudah memimpin beberapa kali pertemuan tapi
implementasinya lama.
"Terus terang saya tidak sabar, sama
dengan tidak sabarnya rakyat. Bulat. Saudara lihat pasar tidak? Saudara
dengarkan sosial media tidak?" ujar Presiden dengan nada kesal.
Presiden
menyarankankan agar stabilitas harga itu dijaga, karena urusan daging
sapi ini bukan seasonal dan sudah lama dibahasnya.
Presiden
memberikan instruksi agar Mendag dan Menperin untuk berkomunikasi dengan
pembisnis. "Jangan pula pembisnis besar main mata entah dg unsur
pemerintah, unsur manapun yang bikin susah," tegas Kepala Negara.
Presiden
mengingatkan kembali bahwa pemimpin harus punya sense of crisis.
Menteri Pertanian harus punya sense of crisis, Kabulog, Menteri
Perdagangan, sense of urgency, sense of responsibility.
"Saya
ingin dalam hitungan hari harus sudah ada perubahan, ingat kasus
kebakaran ladang dan asap di Riau kemarin. Begitu kita all out,
bersinergi, berkoordinasi dengan baik cepet sekali. Dalam wkt 1 minggu
hampir slesai," ujar Presiden.
Mengenai masalah lapas medan,
Presiden menilai informasi yang diberikan kepadanya kurang cepat.
Presiden mengaku mengetahui lebih dahulu kasus tersebut setelah
mengikuti tayangan media massa, utamanya sejumlah televisi
internasional, dibandingkan informasi yang didapatkan dari sistem dan
ini untuk yang kesekian kalinya.
"Harus sama cepatnya dengan
yang disiarkan oleh media massa ke rakyat kita, ke dunia dengan
informasi yang saya dapatkan harus sama cepatnya bahkan kalau bisa lebih
cepat," ujar Presiden.
Menurut Presiden SBY, daerah pusat,
Medan dan kita (Jakarta), 10 jam tanpa official statement itu tidak
bagus. Tidak harus pernyataan itu menunggu lengkapnya, informasi tidak
harus segala sesuatunya sudah dilakukan.
"Keluarkan statement
saat ada kejadian, pemerintah sedang mengatasi di daerah pusat begini,
investigasi sedang dilakukan dan seterusnya," pinta Presiden SBY.
Presiden
mengaku menghargai Menteri Hukum dan HAM yang berangkat kesana. Namun
Presiden mengingatkan akan, cek langsung ke depan, apa yang terjadi,
langkah-langkahnya apa. "Tetapi yang absen sekali lagi adalah official
statement, pernyataan resmi supaya jangan sampai ada kesan, kita tidak
melakukan langkah-langkah cepat, pembiaran dan lain sebagainya. Ini saya
ingatkan untuk kesekian kalinya, pernyataan tepat waktu," tegas
Presiden SBY.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar