VIVAnews - Di bulan suci Ramadan, pihak berwenang di
Amerika Serikat baru-baru ini menerapkan kebijakan unik dalam rangka
menghormati umat Muslim yang sedang menjalankan ibadah puasa. Presiden
Barack Obama pun meneruskan tradisi memberi sambutan khusus kepada umat
Muslim menyambut datangnya Ramadan awal pekan ini.
Kalangan
ulama dan umat Muslim pun menyambut baik langkah-langkah pemerintah AS
itu. Apa yang mereka lakukan itu merupakan pendekatan yang efektif dalam
memperkenalkan budaya Islam bagi sebagian besar publik di Negeri Paman
Sam, mengingat Islam sebenarnya turut menjadi bagian sejarah Amerika
selama ratusan tahun.
Cara unik dalam menghormati umat Muslim
menjalankan ibadah di bulan suci Ramadan baru-baru ini ditunjukkan Badan
Keamanan Transportasi Amerika Serikat (TSA). Otoritas itu mengimbau
seluruh pengunjung yang ingin bepergian tidak kaget melihat aktivitas
umat Muslim selama Ramadan di bandara. Hal serupa juga telah disampaikan
TSA pada para pekerja bandara dan maskapai penerbangan.
Diberitakan
US News awal pekan ini, TSA mengeluarkan maklumat yang berisikan
praktik ibadah umat Muslim yang mungkin dilakukan di bandara. Di
antaranya mengambil wudhu di toilet bandara, salat di pesawat, dan
membaca Al-Quran di pesawat atau bandara.
"TSA telah mengingatkan
aparat keamanan bahwa kemungkinan ada penumpang yang melakukan praktik
ibadah atau meditasi selama Ramadan," ujar pernyataan TSA.
Penumpang
non-Muslim atau petugas diminta tidak kaget dan bertindak sewajarnya
jika menyaksikan ibadah Muslim. Jangan kaget juga jika menemukan umat
Muslim mencuci kaki dan tangan mereka di toilet.
"Sebelum ibadah,
Muslim mensucikan diri, contohnya membersihkan atau mencuci beberapa
anggota tubuh yang biasanya diusahakan dilakukan di tempat tertutup,
namun kadang dilakukan di toilet bandara," ujar pernyataan TSA lagi.
Penumpang
non-Muslim juga diminta bertindak biasa saja jika melihat Muslim
mengaji di bandara atau pesawat. "Mereka juga mungkin membawa biji
tasbih dan sering membacakan doa dengan berbisik," jelas TSA.
Maklumat
ini disambut baik oleh Dewan Hubungan Islam-Amerika, organisasi
advokasi Muslim di negara tersebut. "Kami menghargai TSA mengambil
inisiatif dalam masalah ini dan telah membantu mencegah adanya
kesalahpahaman pada publik dan aparat keamanan," ujar juru bicara
organisasi ini, Ibrahim Hooper.
Lembaga Muslim Public Affair
Council juga menyambut baik keputusan TSA. Menurut seorang pengurusnya,
Haris Tarin, anjuran dari TSA itu merupakan contoh yang baik dari
pemerintah dalam memperkenalkan budaya Islam kepada publik Amerika.
"Kami
menyambut baik setiap upaya TSA dalam menciptakan suasana yang saling
memahami," kata Tarin seperti dikutip di laman stasiun berita CNN.
Menurut dia, di saat yang sama, imbauan TSA itu pun bisa mengetengahkan
kebiasaan umat Muslim yang selama ini masih tampak asing bagi banyak
warga di Amerika.
Tanggal 1 Ramadan 1434 H di Amerika Serikat
jatuh pada hari Selasa, 9 Juli 2013. Warga Muslim AS akan berpuasa di
tengah teriknya matahari musim panas. Di bulan ini, matahari bisa terbit
lebih dari 15 jam sehari.
Tradisi Pemimpin
Presiden
Barack Obama, seperti tahun-tahun sebelumnya, mengucapkan selamat
menjalankan ibadah puasa bagi Muslim di Amerika Serikat dan seluruh
dunia. Dalam pernyataannya, dia memaknai Ramadan sebagai bulan
bercermin, dan meneguhkan komitmen perdamaian.
"Dengan dimulainya
bulan suci Ramadan, Michelle dan saya menyampaikan harapan terbaik kami
bagi seluruh komunitas Muslim di Amerika Serikat dan seluruh dunia,"
kata Obama seperti yang dimuat di situs Gedung Putih, Selasa 8 Juli
2013.
Ramadan menurut Obama adalah saat 1,5 miliar umat Muslim
dunia berkumpul bersama keluarga dan merayakan prinsip yang menyatukan
manusia dari berbagai keyakinan. "Sebuah komitmen perdamaian, keadilan,
persamaan dan kasih sayang sebagai manusia. Ikatan ini jauh lebih kuat
dibanding perbedaan yang seringkali memisahkan kita," ujarnya.
Bulan
Ramadan juga, menurutnya, mengingatkan akan pentingnya hak-hak akan
kebebasan, martabat dan kesempatan yang sama sebagai manusia.
Nilai-nilai inilah yang menurut Obama tengah diperjuangkan oleh
masyarakat di Timur Tengah dan Afrika Utara, saat jutaan pengungsi
merayakan Ramadan jauh dari rumah mereka.
"AS berdiri bersama
mereka yang berjuang membangun dunia dimana setiap orang bisa menentukan
masa depan mereka sendiri dan mempraktikkan keyakinan mereka dengan
bebas, tanpa takut diintai kekerasan," ujarnya.
Selain itu, kata
Obama, Ramadan juga mengingatkan akan pentingnya peran Muslim dalam
membangun negara Amerika. Di antaranya adalah dalam bidang ilmu
pengetahuan, penciptaan lapangan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan
masyarakat.
"Saya merasa terhormat melaksanakan buka puasa
bersama di Gedung Putih selama empat tahun terakhir, dan tahun ini saya
tidak sabar menyambut Muslim Amerika yang berkontribusi di negara ini
sebagai wiraswasta, aktivitis dan seniman," ujarnya.
Islam bukan
agama yang baru bagi rakyat Amerika. Bahkan Islam sendiri sudah menjadi
bagian dari sejarah AS sejak ratusan tahun yang lalu.
"Jadi
Islam sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah bangsa
kami. Islam merupakan bagian penting untuk negara kami," Utusan Khusus
Menteri Luar Negeri AS untuk Masyarakat Muslim, Farah Anwar Pandith,
kepada VIVAnews beberapa waktu lalu.
Dia juga menunjukkan
bahwa, sebelum kepresidenan Obama, para pemimpin Amerika menunjukkan
cara yang unik dalam menghormati Islam. Contohnya, pada masa Presiden
Thomas Jefferson, yang memerintah selama 1801– 1809. Dia meletakkan satu
salinan lengkap Al-Qur'an di rak bukunya. Selain itu, John Quincy Adams
(1825-1829) adalah presiden pertama AS yang mengadakan jamuan buka
puasa bersama dengan Duta Besar Tunisia.
Lalu lebih dari 50 tahun
silam, ungkap Pandith, Presiden Dwight Eisenhower mengetahui tidak ada
tempat khusus bagi Muslim untuk beribadah di Washington DC. Akhirnya dia
memberikan sebidang tanah untuk Muslim Washington dan mengatakan,
tempat ibadah yang mereka inginkan bisa dibangun di atasnya. Kini, di
atas tanah itu berdiri Islamic Center Washington DC.
Bill Clinton
saat masih menjabat sebagai presiden mengadakan acara perayaan Idul
Fitri pertama di Gedung Putih. Presiden Gerald Ford dan Jimmy Carter
juga memberikan sedikit waktunya untuk turut berdoa pada waktu berbuka
puasa.
Selain itu, Presiden George W. Bush juga menaruh
Al-Qur'an di perpustakaannya di Gedung Putih. Bush adalah presiden AS
pertama yang menunjuk seorang Muslim menjadi imam AS untuk misi
kebebasan beragama di dunia.
Namun, Dari semua presiden yang berusaha merangkul masyarakat Muslim, usahanya belum ada yang sebagus Obama.
Presiden
Obama berusaha merangkul Muslim di seluruh dunia. Beliau beberapa waktu
yang lalu sempat pergi ke Turki dan berusaha menjalin hubungan dengan
muslim di sana. Presiden Obama mengadakan perjanjian yang didasarkan
penghormatan dan kesamaan kepentingan. Di departemen apapun yang ada di
AS, kami semua menerapkan misi Obama tersebut.
"Islam di AS akan
menjadi besar, dan presiden Obama sudah pernah membicarakan hal ini.
Satu hal yang perlu saya tekankan, tidak ada kontradiksi antara menjadi
Muslim dan menjadi warga AS," kata Pandith.
Dari segi bisnis,
para masyarakat Muslim AS memiliki daya beli yang paling tinggi di
antara masyarakat lainnya, yaitu sekitar US$200 miliar (Rp1,7 triliun).
Itu jumlah yang sangat besar. Menurut lembaga survei Gallup, komunitas
Muslim juga merupakan salah satu yang memiliki pendidikan dan
penghasilan tertinggi. Muslim Amerika tidak bisa dianggap enteng. (sj)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar