Andi Saputra - detikNews
Jakarta
Mantan Ketua Mahkamah Agung (MA), Harifin Tumpa merasa
tersakiti dengan pernyataan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD.
Saat itu, Mahfud MD menyatakan penegak hukum telah gagal total dalam menciptakan peradilan yang bersih dan masyarakat tidak lagi menghargai hakim.
Pernyataan ini dilontarkan Mahfud pada tahun 2011 menanggapi penangkapan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jakpus) oleh KPK karena kedapatan menerima suap Rp 250 juta. Dan ternyata pernyataan ini menyakiti Harifin.
Lantas apa tanggapan Mahfud terhadap Harifin? "Dia pejabat yang paling lama berkecimpung di birokrasi penegakan hukum. Wajar kalau dia sentimentil dan romantis," kata Mahfud dalam pesan pendeknya kepada detikcom, Jumat (2/3/2012).
Ungkapan hati Harifin ini dimuat dalam buku biografi "Pemukul Palu dari Delta Sungai Walanea" halaman 296 yang ditulis oleh Sekretaris MA, Nurhadi. Berikut isi utuh SMS dari Ketua MK tersebut:
"Bagi
saya itu kesan yang sah saja dikemukakan oleh Pak Harifin. Saya tidak
keberatan sama sekali dengan ungkapan perasaan Pak Harifin itu. Dia
pejabat yang paling lama berkecimpung di birokrasi penegakan hukum. Wajar kalau dia sentimentil dan romantis. Gaya penulisan sebuah memoar (buku biografi-red), kan memang seperti itu.
Saya
sering mengritik begitu ke lembaga lain. Seperti kepada Komisi Yudisial
(KY), kepada Presiden, kepada menteri, kepada DPR, kepada KPK. Para
pejabat yang saya kritik tidak apa-apa tuh. Saya pernah berpolemik
dengan Jampidsus Marwan Effendi atau dengan Dipo Alam. Tapi hubungan
kami baik-baik saja, tidak ada yang terluka hati.
MK juga sering
dikritik habis, tapi saya biasa-biasa saja. Malah yang ngritik saya
mintai tolong untuk membersihkan MK. Memangnya mengapa kalau dikritik
atau mengkritik?
Marzuki Alie pernah mengatakan MK kekuasaannya seperti Tuhan, dan ada orang DPR yang mengatakan MK lebih baik bubar. Tapi saya dan teman-teman di MK tak pernah mempersoalkan. Saya dan Marzuki Alie merasa biasa saja. Selalu bergurau kalau ketemu dan saling telepon kalau ada cerita-cerita di balik berita.
Jadi saya tak merasa ada ganjalan di hati dengan Pak Harifin. Saya dengan tulus mengucapkan selamat purna tugas kepada beliau.
Saya
adalah pejabat generasi baru yang tidak setuju dengan ewuh pakewuh atau
rikuh sehingga tidak mau mengkritik lembaga lain dengan alasan etika
jabatan. Etika menurut siapa? Bagi saya kita harus berani saling
mengkritik untuk perbaikan. Saya sering mengkritik dan sering
dikritik. Mengkritik atau dikritik itu bukan kejahatan tapi sumber
kemajuan. Saya hormati memoar Pak Harifin, tak ada yang perlu
diklarifikasi."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar