VIVAnews - Sepanjang menjalankan jabatan
publik, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dikenal punya cara khas dalam
menyelesaikan masalah yang melibatkan masyarakat.
Saat menjabat Walikota Solo, pria yang akrab dipanggil Jokowi
ini mampu memindahkan para PKL tanpa bentrokan fisik dengan aparat.
Bahkan relokasi PKL di Solo dikemas dengan upacara kirab. Padahal,
relokasi PKL di tempat lain acapkali berujung bentrok hingga konflik
panjang.
Di sela-sela blusukan ke wilayah Jakarta Utara, Jokowi berbagi cara khusus menyelesaikan masalah krusial yang melibatkan masyarakat.
"Kalau saya menjalankan filosofi mangku, maksudnya masyarakat harus dipangku," ujar Jokowi di Rumah Makan Sari Kuring, Kawasan SCBD, Senayan, Jakarta, Sabtu 2 Febuari 2013.
Mangku adalah menaruh sesuatu di atas paha antara pangkal paha dan
lutut atau di atas lengan antara lengan atas dan siku dipatahkan (hampir
seperti memeluk)
Jokowi
menjelaskan maksud filosofi itu ialah memanusiakan warga yang akan
terdampak oleh sebuah kebijakan. Cara ini dapat mengurangi ketegangan
antara pemerintah dengan warga.
"Misalnya saat kita pindahin Waduk Pluit, jangan sampai mereka (warga) gesekan dengan kita. Warga dibuat enak dulu di depan," ujarnya.
Dengan begitu, saat inti kebijakan disampaikan tidak ada yang
protes keras. "Tidak ada gempuran karena ada intervensi sosial, kalau
protes paling ya kecil saja."
Saat ditanya soal rencana relokasi PKL di Jakarta, Jokowi merasa yakin berjalan dengan lancar.
"Relokasi PKL di sini dengan di Solo, feeling saya di sini lebih mudah," ujarnya. (eh)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar