Tya Eka Yulianti - detikBandung
Bandung -
Tahun ini Pertamina akan mulai membangun sistem monitoring pengendalian
bahan bakar minyak (SMP BBM) sebagai cara untuk mencegah penggunaan BBM
subsidi digunakan oleh yang tidak berhak. Peralatan sistem terpadu yang
kini sedang dalam proses tender itu akan dipasang di Jakarta pada
pertengahan tahun ini, sementara di Jabar ditargetkan pada akhir 2013.
"SMP
BBM adalah sistem terpadu yang akan mengenali chip yang akan dipasang
di kendaraan. Dan kendaraan tersebut nanti ada kartu khususnya. Jadi
misalnya truk atau mikrolet dijatah 30 liter perhari. Maka ketika diisi
10 liter, maka secara eletronik jatahnya berkurang. Sampai nanti habis,
maka pengisian akan berhenti," ujar GM Fuel Retail Marketing Region III
Pertamina Hasto Wibowo usai rapat dengan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan
di Gedung Pakuan, Jalan Otto Iskandardinata, Kamis (28/2/2013).
Pada
kendaraan yang boleh diisi BBM bersubsidi nantinya dipasang chip yang
akan dibaca oleh alat pengisi. "Jadi kalau kendaraan yang tidak ada
kartunya meminta mengisi dengan premium, tidak akan bisa. Karena tidak
ada chipnya," jelasnya.
Saat ini Pertamina tengah dalam proses
tender pengadaan peralatan teknologi informatika untuk sistem tersebut.
Rencananya alat tersebut akan dipasang di Jakarta pada pertengahan tahun
ini kemudian secara bertahap ke seluruh SPBU milik Pertamina.
"Di Jakarta kami targetkan pada pertengahan tahun ini. Kalau Jabar akhir 2013 diharapkan sudah bisa terpasang," tutur Hasto.
Saat
ini sudah ada 8 titik SPBU di Jakarta dan Jabar yang sedang diujicoba
pemasangan alat tersebut sebagai bagian dari proses tender. Namun
Pertamina sebagai eksekutor nantinya tidak berwenang mengatur siapa saja
yang berhak mendapat kartu dan jatahnya.
Dengan sistem ini Hasto
menyebut, estimasi kuota konsumsi premium di Jabar akan berkurang 9
persen dari estimasi realisasi premium yang mencapai 5,2 juta KL,
sementara untuk solar diprediksi turun 20 persen dari estimasi realisasi
yang besarnya 2,26 juta KL.
Stiker tak Efektif
Sementara itu,
sambil menunggu sistem TI untuk pengendalian BBM terpasang, Pertamina
meminta Pemprov Jabar untuk bisa melakukan pemasangan stiker pada
kendaran-kendaraan yang tidak lagi berhak mendapat jatah BBM bersubsidi.
Meski diakui Hasto, penandaan dengan stiker juga dirasa kurang efektif
karena pada kenyataannya banyak juga yang melepas stiker setelah
pemasangan.
"Di Indonesia ini, yang murah pasti dikejar. Sudah
diatur rapi ditandai dengan stiker, tapi lalu stiker dilepas. Itu hanya
berjalan 3-5 bulan," katanya.
Padahal pada tahun 2012 lalu, saat
kebijakan pemasangan stiker diberlakukan sempat ada kenaikan konsumsi
pertamax sebesar 1 persen.
Disinggung soal penanda stiker yang
banyak dilepas oleh kendaraan plat merah, Gubernur Jabar Ahmad Heryawan
tanpa menyangkal mengatakan bahwa implementasi aturan tersebut memang
dibutuhkan komitmen.
"Ya memang ini kan lebih dari sekedar
implementasi sebuah aturan, tapi mekanisme teknis di lapangan. Kita akan
usahakan bersama supaya bisa berlangsung dengan baik. Kita akan
komitmen bahwa mobil dinas tidak gunakan BBM bersubsidi," tutur
Heryawan.
(tya/ern)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar