Jakarta (ANTARA
News) - Wakil Presiden (Wapres) Boediono minta kepada seluruh wakil
menteri untuk ikut mengawal pelaksanaan reformasi birokrasi antara lain
dengan melakukan rekrutmen pegawai negeri sipil dengan cara obyektif dan
menghilangkan cara penitipan.
"Mari kita perbaiki cara-cara rekrutmen pegawai dengan obyektif dan
tidak lagi diwarnai ruang atau celah-celah yang tidak baik," kata Wapres
Boediono saat memberikan sambutan awal dalam pengarahan kepada seluruh
Wakil Menteri tentang Reformasi Birokrasi di Istana Wapres Jakarta,
Jumat.
Hadir dalam acara itu antara lain Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Azwar Abubakar, serta seluruh wakil
menteri.
Dikatakan Boediono, cara rekrutmen pegawai negeri sipil melalui
titipan dan tidak obyektif mulai saat ini hendaknya sudah tidak lagi
dilakukan dalam upaya untuk mengedepankan obyektivitas.
"Selain soal rekrutmen, saya juga minta agar promosi jabatan juga
dilakukan dengan cara obyektif dan harus berani dimulai," kata Boediono.
Selain menyinggung soal rekrutmen pegawai, Wapres juga minta agar
pelaksanaan reformasi birokrasi bisa dirasakan masyarakat seperti adanya
perbaikan sejumlah perizinan, pengurusan akte kelahiran, imigrasi, dan
tanah.
"Mana jangka pendek yang bisa kita hasilkan untuk kepentingan rakyat hendaknya bisa segera dilakukan," kata Boediono.
Promosi jabatan secara terbuka sudah diterapkan di beberapa
kementerian, antara lain Kementerian Keuangan, Kementerian Luar Negeri,
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara - Reformasi Birokrasi, Lembaga
Administrasi Negara (LAN), Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa
Pemerintah (LKPP) dan Badan Kepegawaian Negara (BKN).
Rekrutmen untuk jabatan eselon I dan II di lingkup Kementerian
PAN-RB dan Lembaga Administrasi Negara dipublikasikan secara umum di
media massa.
Wapres juga menambahkan bahwa sejumlah kebijakan terkait pembenahan pengelolaan kepegawaian telah diterbitkan.
Sampai akhir tahun 2012, jumlah PNS tercatat 4.462.982 orang atau
setara dengan 1,9 persen dari hampir 241 juta jiwa penduduk Indonesia.
Jumlah ini masih ditambah dengan pegawai honorer yang menyebabkan postur birokrasi yang tambun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar