VIVAnews - Seorang siswi SMK 1 Pandak, Kabupaten
Bantul, Yogyakarta Aninda Puspita (16), meninggal dunia saat sedang
mengikuti kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS), Jumat 19 Juli 2013.
Pemerintah Kabupaten Bantul bentuk tim investigasi.
Sekda Bantul
Riyantono mengatakan, Sabtu 20 Juli 2013, tim ini bekerja pekan depan.
"Tim ini terdiri dari beberapa unsur, diantaranya Dinas Pendidikan
Menengah dan Nonformal,” kata dia.
Selain membentuk tim,
Riyantono juga mengungkapkan, pihaknya akan mengevaluasi kegiatan MOS
dan memberi rekomendasi pelaksanaan MOS ke depannya.
Berkaca
dari kejadian Aninda, Riyantono menilai, MOS bisa saja dihapuskan,
terutama kegiatan yang bersifat semi militer, seperti baris-berbaris dan
perploncoan. Dia mengakui, dua kegiatan ini masih saja ada saat MOS.
"Agar kasus kematian tidak menimpa siswa lain," tukasnya.
Sementara
itu, Kepala Dinas Pendidikan Menengah dan Nonformal, Masharun,
membantah pemberitaan yang menyebut Aninda meninggal karena mendapat
hukuman squat jump. “Tidak ada hukuman skuat jump dari panitia MOS,” kilahnya.
Sebaiknya, kata Masharun, kasus kematian Aninda tidak diperpanjang karena keluarga sudah menerima dengan ikhlas.
Diberitakan sebelumnya, Aninda meninggal usai mendapatkan hukuman squat jump
dari panitia MOS sekolah. Dia dihukum karena tidak menggunakan T-Shirt
saat akan melaksanakan kegiatan baris-berbaris. Beberapa pengurus
sekolah sempat menolong Aninda dan melarikannya ke Rumah Sakit
Muhammadiyah Bantul. Tapi, nyawa Aninda tak tertolong.
Kejadian
ini juga mendapat perhatian dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono
X. "Saya akan meminta keterangan terlebih dahulu kepada pihak-pihak
yang bersangkutan,” katanya.
Pasrah
Sementara
itu, Erwin Krisna (25), kakak sulung Aninda Puspita (16) mengakui bahwa
keluarga pasrah atas peristiwa nahas itu. Warga Dusun Daleman Rt 02
Desa Gadingharjo, Kecamatan Sanden itu menilai, kematian Aninda sudah
takdir.
Ditanya apakah akan menuntut apa tidak, ia mengaku belum mengetahuinya karena pihak keluarga belum rapat.
Meski
pasrah, ia tetap menyayangkan langkah panitia pelaksana MOS ketika
melaksanakan hukuman. Mereka tidak menanyakan terlebih dahulu apakah
siswa bersedia melakukan hukuman squat jump atau tidak. Karena yang
mengetahui batas kemampuan para siswa masih sanggup melaksanakannya
adalah siswa itu sendiri.
Erwin menuturkan, sebelum berangkat
sekolah dan selama mengikuti MOS tidak menunjukkan masalah kesehatan.
Hanya saja, Aninda memang memiliki riwayat pingsan jika dipaksakan.
Pernah sewaktu SMP, ketika sedang upacara bendera, korban juga pernah
pingsan. Selain itu, saudara kembarnya yang sudah meninggal juga
memiliki riwayat penyakit yang sama. "Kami sudah periksakan, tetapi
normal kok," paparnya.
Alumni SMP Muh Sorobayan ini memang
dikenal pendiam. Ia jarang mengeluh terhadap apa yang sedang dialaminya.
Aninda hanya terbuka dengan sang ibu, Harni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar